Selasa, 11 Desember 2012

Tips Membeli Rumah untuk Pemula


VIVAnews - Anda bingung menentukan kapan waktu yang tepat untuk membeli rumah? Pertimbangan apa yang perlu dipikirkan, terutama bagi Anda yang baru pertama merencanakan untuk membeli tempat tinggal?

Tidak perlu khawatir, direktur perusahaan properti PT Ciputra Development Tbk, Tulus Santoso, membagikan tips bagi Anda yang memerlukan pertimbangan membeli rumah.
Menurut Tulus, waktu yang tepat untuk membeli rumah adalah bukan sebelum atau sesudah Lebaran atau hari raya. "Lebih cepat lebih baik, karena sekarang harga properti susah ditebak dan cenderung naik terus," kata Tulus kepada VIVAnews.

Bahkan, dia menambahkan, kenaikan harga properti rata-rata bisa mencapai 15 persen per tahun. Khusus untuk Jakarta, kenaikan harga properti tertinggi di Indonesia, karena mencapai 20-25 persen per tahun.

Tulus menjelaskan, kenaikan harga properti terjadi bukan karena masa menjelang Lebaran. Tetapi, karena permintaan terhadap properti selalu meningkat. Sedangkan jumlah pasokan tidak dapat mengimbangi kenaikan jumlah permintaan.

Ia menyarankan, bagi konsumen yang akan membeli properti atau tempat tinggal lainnya, pertimbangan utama adalah jarak ke tempat kerja. Sebab, semakin lama transportasi akan semakin sulit dan mahal.

"Pertimbangkan waktu dan biaya, mobilitas akan semakin terbatas, infrastruktur yang ada itu kurang bagus," ujar Tulus.

Untuk itu, menurut Tulus, keberadaan high residence seperti rumah susun, apartemen, dan kondominium mulai menjadi pilihan. Apalagi, saat ini banyak pengembang yang menyediakansuperblock di tengah kota Jakarta.

"Masyarakat menyambut dengan baik. One stop living, bisa kerja dan tinggal di lokasi yang sama. Situasi yang mendorong harus seperti itu," katanya.

Kendati demikian, Tulus mengingatkan, yang terpenting untuk dipertimbangkan adalah harga. Konsumen harus mengukur kemampuan membeli tempat tinggal dengan kondisi keuangan.

"Yang paling terjangkau dan sesuai kemampuan, paling dekat tempat kerja, bisa apartemen atau rumah susun," tuturnya.

Pertimbangan berikutnya adalah kemungkinan adanya banjir. Untuk rumah yang berada di atas tanah, kemungkinan terkena banjir sangat besar. Berbeda dengan high residential yang lebih tinggi, sehingga tidak akan terkena air banjir.

Sementara itu, untuk mengantisipasi adanya gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia, Tulus meyakini, di Jakarta mempunyai izin yang ketat. Terutama, perizinan untuk bangunan lebih dari satu lantai harus tahan terhadap gempa hingga 9 skala Richter (SR).

"Jakarta juga tidak sering ada gempa. Sejauh ini, tidak sampai berakibat fatal pada rumah susun yang ada. Masyarakat tidak perlu takut, karena Jakarta tidak punya track recordmenjadi pusat gempa dalam sejarah," tegasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut