Selasa, 18 Desember 2012

ZAT ANTI NUTRISI TERNAK RUMINANSIA



Tingkat kecernaan, konsumsi dan efisiensi penggunaan nutrisi bahan pakan asal limbah atau hasil sisa tanaman dipengaruhi oleh tingkat kandungan berbagai senyawa kimiawi yang bersifat penghambat (inhibitor). Pada bahan pakan asal tanaman pangan faktor penghambat didominasi oleh kelompok senyawa fenolik polimer seprti lignin yang terdapat di dalam dinding sel. Dinding sel merupakan fraksi jaringan terbesar yaitu berkisar antara 69% pada jerami kacang tanah dan 82% pada jerami sorghum. Pada jaringan dinding sel tanaman senyawa lignin membentuk ikatan dengan karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) menjadi senyawa komplek yang tidak mudah dicerna. Senyawa lain yang menjadi penghambat adalah kutin, karena mempersulit penetrasi dan kolonisasi oleh mikrobia rumen yang berakibat pada semakin lambatnya proses fermentasi. Pada fraksi daun ubu kayu, kandungan sianida dapat mencapai 175 ppm, namun sangat dipengaruhi oleh varietas. Kebanyakan senyawa sianida (90%) terdapat dalam bentuk terikat sebagai sianida glukosida (linamarin), sedangkan sisanya sebagai asam sianida bebas. Namun kadar asam sianida dapat diturunkan secara drastis (60-90%) dengan pengeringan sinar matahari, tergantung lama pengeringan. 
Jenis-jenis antinutrisi
Antinutrisi dibedakan menjadi tiga tipe. Tipe A adalah antinutrisi jenis antiprotein,tipe B adalah antinutrisi jenis antimineral dan tipe C yaitu antivitamin.
1.      Antinutrisi tipe A
Substansi yang utamanya mengganggu dalam pencernaan protein maupun absorpsi dan penggunaan asam amino. Yang juga diketahui sebagai antiprotein. Tipe A antinutrisi yang paling penting adalah protease inhibitor dan lectin.
Protease inhibitor ( terdapat pada banyak jaringan tanaman dan hewan) merupakan protein yang menghambat enzim proteolitik dengan jalan mengikatkan diri pada sisi aktif enzim yang dihambat. Enzim proteolitik inhibitor pertama kali ditemukan dalam telur unggas selama pergantian abad. Kkemudian enzim protease inhibitor di identifikasikan sebagai ovomucoid dan ovoinhibitor, yang keduanya menginaktifkan tripsin.
Protease inhibitor dari kacang kedelai dan kentang bisa menghambat elastae sebuah enzim pankreatis yang bekerja pada elastin.
Chymotrypsin inhibitor juga ditemukan pada putih telur unggas. Sumber lain dari tripsin dan atau Chymotrypsin inhibitor adalah kacang kedelai dan biji-bijian lain, sayur, susu dan kolostrum, gandum dan biji sereal lain, guar gum, serta kentang putih atau kentang manis.
2.      Antinutrisi tipe B
Substansi pelengkap yang didistribusikan secara luas didalam sayur-sayuran,buah-buahan,dan bahan sereal. Konsumsi berlebihan penggunaan antinutrisi tipe B dapat menyebabkan intoksikasi akut.paling banyak ditemui jenis antinutrisi tipe B adalah Oksalat,asam phytat dan glukosinolat.
Oksalat merupakan asam kuat yang membentuk garam natrium dan kalium yang larut air, tetapi kurang larut air bila garamnya mengandung alkali tanah dan logam bivalen yang lain. Oksalat utamanya mengganggu absorbsi kalsium. Efek ini harus diperhatikan dalam istilah rasio oksalat / kalsium(dalm mm equivalen / mm equivalen), contohnya makanan yyang mengandung rasio lebih dari satu dapat mempunyai efek negative pada keberadaan kalsium, sementara makanan yang memiliki rasio satu atau dibawahnya tidak memiliki efek yang sama.
Asam phytat atau mioinositol heksaphosphate merupakan asam kuat yang secara alami ada dan mengikat pada berbagai macam ion logam berat bivalen dan trivalen memebentuk garam yang tidak larut. Secara pasti asam phytat mereduksi keberadaan berbagai mineral dan elemen-elemen kecil yang esensial. Phytat ada didalam makanan seperti sereal(gandum, rye, jagung, beras dan barley) , biji-bijian dan sayur (kacang, kacang kedelai dan buncis) , dan bumbu-bumbu serta flavoring agent (jinten, mustard, pala, dan coriander). Dari beberapa eksperimen pada hewan dan manusia telah diketahui bahwa phytat menghasilkan efek negative pada keberadaan kalsium, besi, magnesium, zink, dan elemen kecil lai yang esensial. Efek ini dapat diminimalisasi, meskipun tidak hilang dengan jalan meningkatkan konsumsi mineral esensial. Pada kasus kalsium konsumsi dari kolekalsiferol harus cukup karena aktivitas dari phytat pada penyerapan kalsium akan semakin kuat bila vitamin ini tidak cukup.
Glukosinolat diketahui pula sebagai tioglukosia banyak darai glukosinolat adalah geutrogenic. Tiga tipe goiter bisa diidentifikasikan :
1.         Cabbage goiter
2.         Brassica seed goiter
3.         Legume Goiter
Cabbage goiter atau yang dikenal sebagai struma di induksi oleh konsumsi kubis yang berlebihan dimungkinkan cabbage goiter menghambat absporbsi iodine dengan langsung menyerang kelenjar tiroid. Cabbage goiter dapat diatasi dengan suplementasi iodine.
Brassica seed goiter dapat terjadi jika mengkonsumsi biji-bijian dari tanaman goiter(rutabaga, lobak,kubis(yang mengandung goitrogen yang bisa menghambat sintesis tiroksin).
Legume goiter diinduksi oleh goitrogen yang ada pada leguminosa seperti kacang kedelai dan kacang tanah. `
3.      Antinutrisi tipe C
Subtansi yang ada secara alamiah yang bisa mendekomposisi vitamin, menjadi komplek yang tidak bisa diabsorbsi, atau mengganggu kemampuan dari vitamin itu dicerna atau dimetabolisme. Diketahui pula sebagai antivitamin. Antionutrosi tipe C yang paling penting antara lain, asam askorbat oksidase, anti tiamin factor dan anti piridoksin factor., asam askorbat oksidase merupakan enzim yang menggandung tembaga yang isa mengkatalisa, poksidasi asam askorbat bebas menjadi asam diketoglukonat, asam oksalat dan produk oksidai lainnya. Telah dila[porkan asam askorbat oksidase ada dibeberapa buah (seperti peach dan pisang) dan sayuran (mentimun, labu, dan bit) enzim ini akan aktif apda pH 4-7 (optimum pada pH 5,6 – 6,0) temperature optimumnya 38C . asam askorbat oksidase bisa dihambat secara efektif pada pH 2 atau denagn blanching dengtan kisaran suhu 100C, kelompok kedua pada antinutrisi tipe C adalah anti tiamin factor,yang akan berinteraksi dengan tiamin atau dikenal dengan vitamin B1. Anti tiamin factor dapat dikelompokkan menjadi tiaminase, katekol dan tannin. Tiaminase adalah enzim yang akan memecah vitamin pada ikatan metilennya, dan ditemukan pada spesies ikan air tawar dan air laut, beberapa spesies tiram dan kepiting. Tiaminase pada ikan dan beberapa spesies lain dapat dihancurkan dengan pemasakan. Anti tiamin factor dari tanaman bisa digolongkan menjadi katekol dan tannin. Orto katekol yang paling diketahui ada pada tanaman pakis. Pada kenyatatannnya ada dua tipe anti tiamin factor yang stabil terhadap panas pada tanaman pakis, yang pertama diidentifikasi senb agai asam kafeat, yang bisa dihidrolisis dari asam klorogenat.
Orto katekol lainnya seperti metal sinapat ada pada biji mustard yang juga memiliki aktivitas anti tiamin. Mekanisme inaktivasi tiamin oleh senyawa ini membutuhkan oksigen dan sanagt bergantung pada temperature dan pH.
Mekanisme antinutrisi
·         Cabbage goiter menghambat absporbsi iodine dengan langsung menyerang kelenjar tiroid. Cabbage goiter dapat diatasi dengan suplementasi iodine.
·         Protease inhibitor menghambat enzim proteolitik dengan jalan mengikatkan diri pada sisi aktif enzim yang dihambat.
·         Secara umum mekanisme dari antinutrisi adalah mengahambat penyerapan nutrisi ataua menjadkan nutrisi itu tidak bisa digunakan.

Zat Goitrogen
Pada makalah kali ini saya akan menjelaskan tentang zat goitrogen atau lebih dikenal dengan zat anti thyroid. Thyroid sendiri merupakan  kalenjar yang terletak di leher right below the adam’s apple. Fungsinya Thyroid mengontrol kecepatan pembakaran energi, membangun energi tubuh, dan mengatur tingkat sensitivitas tubuh terhadap hormone-hormon. Selain itu, thyroid juga menghasilkan hormon Tiroksin (T4), Triiodotironin (T3) yang berperan dalam metabolisme dan pertumbuhan tubuh keseluruhan, dan thyroid juga memproduksi hormon kalsitonin (calcitonin) yang berperan dalam homeostasis kalsium.
Inilah penyakit-penyakit yang berhubungan dengan aktivitas Kelenjar Thyroid
1.      Hyperthyroidisme (hyperactive thyroid): Penyakit Graves
2.      Hypothyroidisme (underactive thyroid): Kongenital, Juvenilis, Myxedema, dan Goiter (gondok)
Goiter atau gondok adalah kelainan pada ternak pada kelenjar tiroidnya akibat kekurangan yodium. Ternak dewasa sangat jarang mengalami kelainan ini tetapi fetus dan ternak yang masih muda mudah sekali terkena. Kasus goiter yang menyebabkan kematian pada anak kambing dan domba di daerah Bogor, Ciawi dan Cilebut. Kasus menjadi tinggi pada daerah-daerah yang kekurangan yodium.
Yodium (I) dibutuhkan untuk sintesa hormone tiroid (Triidothyronine/T3) dan tiroksin (T4) yang berperan dalam mengatur metabolisme tubuh dan sangat penting bagi hewan yang bunting, hewan muda dan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Secara normal hormon ini diproduksi oleh kelenjar tiroid dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mempertahankan produktivitas dan reproduktivitas ternak. Produksinya akan menurun jika proses biosintesanya terhambat karena kekurangan/ defisiensi yodium. Faktor lain penyebab kondisi ini adalah adanya zat gastrogenik (tiosianat) pada pakan yang dikonsumsinya. Kombinasi keduanya akan memicu terjadinya goiter pada ternak. BAHRI et al. (1984) mendeteksi kadar tiosianat yang tinggi di dalam tubuh kambing yang sering mengonsumsi daun ubi kayu. Zat ini mampu menghambat up take yodium oleh kelenjar tiroid. Beberapa tanaman yang mengandung zat anti tiroid yaitu kubis, sudan grass dan white clover.
Contoh Makanan yang mengandung Goitrogen (dapat menyebabkan gondok):
1.      Brokoli, kembang kol, kubis, lobak cina
2.      Kedelai
3.      Mustard
4.      Sawi hijau dan sawi putih, bayam
5.      Rutabagas
6.      Crucifer
7.      Brassicae
8.      Struma Cibaria
Berdasarkan dengan sifat-sifat alami produk-produk yang mempunyai pengaruh goitrogenik, dapat dibedakan 3 jenis hipertrofi, yaitu:
a.       Gondok kobis atau “struma cibaria”
Struma cibaria disebabkan oleh bagian vegetatif berbagai tanaman famili cruciferae yang digunakan untuk nutrisi manusia dan atau untuk makanan hewan domestik. Metabolisme iodine: penurunan kemampuan kalenjar tiroid untuk mengambil elemen iodine.
Hasil penelitian:
1)      Walaupun supply iodine telah mencukupi, setelah 25-30 hari diet yang didasarkan pada kobis atau brassicae yang lain, berat tiroid per 100 g berat badan dibuktikan menjadi 3-8 kali lebih tinggi daripada hewan kontrol.
2)      Aksi anti tiroid bervariasi sehubungan dengan sidat tanah dari daerah penanaman dan frekuensi & curah hujan atau musim. Kobis yang dipanen pada musim gugur dan musim dingin dan yang tumbuh dengan air berlimpah lebih aktif daripada yang dipanen pada musim semi.
3)      Kenaikan kandungan iodine dalam makanan mencegah timbulnya gondok.
b.      Gondok Biji Brassicae
Hasil penelitian:
1)      kalenjar tiroid tikus muda yang diberi diet kaya biji kobis, biji nitabaga, atau biji turnip, menjadi 3-4 kali lebih besar daripada kelompok kontrol.
2)      Dapat disembuhkan dengan pemberian tiroksin.
c.       Gondok dari kedelai dan kacang-kacangan lainnya
Hasil penelitian:
1)      pemberian kedelai utuh dan diet yang mengandung sejumlah besar tepung kedelai bebas minyak menyebabkan goiter pada beberapa jenis binatang (kelinci, babi guinea, ayam, tikus, dll)
2)      efek yang menghasilkan gondok dapat dikontrol dengan penambahan iodida atau oleh kenaikan 3-5 kali jumlah iodine diet.
Mekanisme: Serum protein yang mengikat iodine (PBI, Protein Bindring Iodine) berkurang, tetapi pengambilan radio-iodine oleh kalenjar tiroid sangat tinggi.
Senyawa-senyawa anti thyroid alami.
Sifat-sifat Alami Senyawa dan Mekanisme Kerja
A.    Thiosianat ( N=C-S-R) dan Isosianat (R-N=C=S)
Dalam tubuh hewan, tiosianat secara alami dapat berasal dari kombinasi sulfur dengan senyawa sianat (sianida, nitril, glukosida sianogenetik) yang telah masuk tubuh atau dari masukan lewat mulut dalam keadaan belum terbentuk atau keduanya. Karena kekayaan akan glikosida sianogenetik dan sulfur bivalent maka makanan goitrogenik dapat menyumbang, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui metabolisme, untuk menaikkan tiosianat dalam darah.
Dalam tikus Wistar jantan yang beratnya 200 g pemberain ablil-isotio-sianat sebanyak 2 atau 4 mg langsung ke lambung sebelum injeksi 0.5 mc 131I sangat menghambat pengambilan radioaktif iodine oleh tiroid. Kenaikan konsentrasi tiosianat dalam serum menurunkan kapasitas pengambilan 131I oleh tiroid dan pengmbilan nutrisi oleh produk-produk yang kaya akan glikosida sianogenetik menyebabkan pembesaran kalenjar, menurunkan kandungan iodine seperti juga pada level serum protein yang mengikat iodine.
In vitro, penambahan tiosianat dalam medium yang berisi irisan-irisan dari jaringan tiroid hidup diinkubasikan pada konsentraasi yang serupa dengan yang ditemukan dalam serum domba yang diberi pakan semanggi putih, akan menghambat konversi radio iodine anorganik ke dalam kombinasi dengan senyawa organik.
B.     Cheiroline
Dari daun dan biji Rapistrum nigosum (turnip liar) dan Brassica campescris (crucifere di Tasmania dan Queensland) glikosida telah diisolasi dan disebut gliko-cheiroline yang telah diperoleh dari hasil hidrolisis 3-metil-sulfonil-propil-isothiosianat atau cheiroline (CH3-SO2-(CH2)3-NCS). Senyawa ini dapat dipersiapkan dalam keadaan murni, dan dalam pengujian bentuk pendek, itu menunjukkan aktifitas antitiroid yang serupa dengan yang dikeluarkan tiosianat. Setelah pemberian 5-110 mg pada tikus, penggabungan radioisotop dikurangi sampai 9-15%, yang terbukti menjadi lebih aktif daripada n-propil-isotiosianat. Cheiroline mengandung produk-produk yang telah dipelajari yang bervariasi antara 1-2 g per kg tanaman kering atau kira-kira 0.4 g ker kg tanaman segar.
C.     Progoitrin dan Goitrin (Thio-oxazolidone)
Dalam jaringan tubuh, goitrin tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk tioglukosida, glukopiraferin disebut progoitrin yang telah dipersiapkan dalam bentuk kristal.
Tanaman: turnip kuning atau rutabaga (brassica oleracea rapefera), famili cruciferae, biji rape (brassica conpetris dan brassica napus). Biji rape terutama kaya akan tiooxazolidone dan isotiosianat.
Kebanyakan brassica mengandung goitrin, dan tidak hanya dalam biji tetapi juga dalam bagian yang dikonsumsi manusia. Tiooxazolidone pada dasarnya berbeda dengan tiosianat, senyawa-senyawa ini beraksi sampai dengan tiourea dan tiourasil dan tidak mengganggu cukup banyak terhadap pengambilan iodine oleh tiroid seperti dalam biosintesis tiroksin.
D.    Polifenol
Karena polifenol sanggup membentuk senyawa dengan iodine oleh penggantian, mereka bersaing dengan tirosin dan oleh pengambilan beberapa iodine, mereka melemahkan biosintesis tiroksin. In vitro, penambahan zat warna alami polifenolik (seperti antosianin, flavone, katecol, dsb.), pada kultur medium, dari potongan-potongan tiroid, menurunkan jumlah radio-iodine dalam fraksi organik sebanyak 50-60% . pengaruh ini tidak lagi tampak jika substansi polifenolik lebih dahulu di-iodat-kan. In vivo, penambahan ferrol murni, yaitu: resonsinol dan phlorogensinol, sangat mengurangi penggabungan radio-iodine ke dalam kalenjar tiroid tikus dan seperti penghambatan ini adalah hasil dari persaingan yang dapat dikontrol dengan kenaikan supply iodine.
E.     Haemoglutinin (phytotoxins)
Dari biji-bijian Leguminoceae (kacang-kacangan), telah diisolasi senyawa toksis yang mengandung nitrogen, yang mampu menggumpalkan eritrosit yang didapatkan dari berbagai jenis hewan. Karena senyawa ini mempunyai afinitas terhadap membran, mereka menyerang sel-sel dari membran mukosa usus sehingga sangat mengurangi kapasitas absorpsi.
Pada beberapa spesies hewan (misalnya tikus), entero-hepatik sirkulasi dari hormon tiroid adalah sangat aktif, dalam waktu 1 jam hampir semua tiroksin yang tersirkulasi dikeluarkan ke dalam usus, mengusulkan gagasan bahwa gondok yang disebabkan oleh kedelai dilengkapi dengan gangguan absorpsi kembali (resorption). Studi dengan L. titoksin 131I pada athyroid cretin yang diberi pakan formula biji kedelai menunjukkan bahwa diet ini menurunkan absorpsi usus dari hormon eksogenous. Hasilnya dipertimbangkan untuk mendukung teori bahwa gondok yang sebelumnya telah dilaporkan terjadi pada bayi dengan diet biji kedelai disebabkan oleh kehilangan hormon tiroid endogenous ke dalam feces. Pengeluaran hormon ini (ke dalam feces) mempengaruhi stimulasi kalenjar dan kenaikan kebutuhan iodine, untuk mengganti kehilangan.
Pengobatan Gondok
-        Operasi
-        Obat-Obat Anti Thyroid
-        Suplementasi Yodium
Pencegahan yang dapat kita lakukan adalah:
-        Mengurangi konsumsi makanan-makanan yang mengandung goitrogen
-        Memperbanyak konsumsi kuning telur, daun peterseli, buah aprikot, prunes, ikan, ayam, keju dan susu
-        Untuk mencegah terjadinya goiter (gondok) khususnya pada daerah-daerah yang kekurangan yodium, dapat dilakukan dengan cara mencampurkan garam beryodium pada pakan ternak. Selain sebagai penambah nafsu makan, pemberian garam beryodium dapat mengatasi gangguan hormone tiroid yang sangat penting untuk metabolisme tubuh.
ASAM OKSATAT

Asam oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya terdiri dari dua atom C pada masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat berada berdampingan. Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam oksalat mempunyai konstanta dissosiasiyang lebih besar daripada asam-asam organik lain. Besarnya konstanta disosiasi (K1) = 6,24.10­­­­-2 dan K2 = 6,1.10-5). Dengan keadaan yang demikian dapat dikatakan asam oksalat lebih kuat daripada senyawa homolognya dengan rantai atom karbon lebih panjang. Namun demikian dalam medium asam kuat (pH <2) proporsi asam oksalat yang terionisasi menurun.
Asam oksalat terdapat pada selada, kobis, bunga kol (terutama brokoli), kacang hijau, buncis dan dalam jumlah sedikit pada semua sayuran dan buah-buahan. Asam oksalat banyak dijumpai di dalam tanaman, termasuk tanaman hijauan pakan ternak, terutama bagian daun. Salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung asam oksalat tinggi adalah rumputsetaria sp.
Asam oksalat bersama-sama dengan kalsium dalam tubuh manusia membentuk senyawa yang tak larut dan tak dapat diserap tubuh, dan mencegah penggunaan kalsium yang juga terdapat dalam produk-produk yang mengandung oksalat! Lebih dari itu, asam oksalat dan garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa tersebut bersifat toksis.
Sifat-sifat umum Asam Oksalat
Asam oksalat dalam keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8% pada 10o C) dan larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral dengan logam alkali (NaK), yang larut dalam air (5-25 %), sementara itu dengan logam dari alkali tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat secara praktis tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat digunakan untuk menentukan jumlah kalsium. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat.
Bahan Makanan yang Mengandung Asam Oksalat
Asam oksalat dapat ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam. Bentuk yang lebih banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam oksalat tersebut terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam oksalat dalam tanaman lebih besar daripada hewan. Diantara tanaman yang digunakan untuk nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman yang ditemukan dalam makanan hewan; yang paling banyak mengandung oksalat adalah spesies Spinacia, Beta, Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia, Amarantus, Musa parasisiaca. Daun teh, daun kelembak dan kakao juga mengandung oksalat cukup banyak. Demikian juga beberapa spesies mushrooms dan jamur (Asperegillus niger, Baletus sulfurous, Mucor, Sclerotinia dan sebagainya.) menghasilkan asam oksalat dalam jumlah banyak (lebih dari 4-5 gram untuk setiap 100 gram berat kering), baik dalam bentuk penanaman terisolasi dan dalam bahan makanan atau makanan ternak dimana jamur tersebut tumbuh.
Distribusi asam oksalat pada bagian-bagian tanaman tidak merata.Bagian daun umumnya lebih banyak mengandung asam oksalat dibandingkan dengan tangkai, sedangkan dalam Poligonaceae, kandungan asam oksalat pada petiole hamper dua kali lebih besar daripada tangkai. Umumnya daun muda mengandung asam oksalat lebih sedikit dibandingkan dengan daun tua. Misalnya pada daun Chenopodiaceae, proporsi asam oksalat dapat bertambah dua kali lipat selama proses penuaan.
Bahan makanan yang mengandung oksalat dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu;
a.       Produk-produk dimana miliequivalen asam oksalat yang terkandung jumlahnya 2-7 kali lebih besar daripada kalsium, seperti bayam, orach, daun beet dan akar beet, sorrel, sorrel kebun, kelembak dan bubuk kakao. Bahan makanan ini tidak hanya menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya tak dapat dimanfaatkan tetapi dengan besarnya asam oksalat yang terkandung dapat mengendapkan kalsium yang ditambahkan dari produk-produk lain, atau jika tidak ada kalsium yang ditambahkan, dapat berpengaruh toksis.
b.      Pada produk-produk seperti kentang, amaranth, gooseberries, dan currants, asam oksalat dan kalsium terdapat dalam jumlah yang hampir setara (1±0,2), dengan demikian diantara keduanya saling menetralkan/menghapuskan, olah karena itu tidak memberikan kalsium yang tersedia bagi tubuh. Tetapi mereka tidak merngganggu penggunaan kalsium yang diberikan oleh produk lain dan oleh karena itu tidak menimbulkan pengaruh anti mineralisasi seperti pada produk kelompok pertama.
c.       Bahan makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang cukup banyak, tapi karena pada bahan tersebut kaya akan kalsium, maka bahan makanan tersebut merupakan sumber kalsium. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah selada, dandelion, cress, kobis, bunga kol (terutama brokoli), kacang hijau, dan terutam green peas, koherabbi, block raddish, green turnip, dan dalam jumlah sedikit pada semua sayuran dan buah-buahan.

Pengaruh Asam Oksalat terhadap tubuh manusia.
Asam oksalat bersama-sama dengan kalsium dalam tubuh manusia membentuk senyawa yang tak larut dan tak dapat diserap tubuh, hal ini tak hanya mencegah penggunaan kalsium yang juga terdapat dalam produk-produk yang mengandung oksalat, tetapi menurunkan CDU dari kalsium yang diberikan oleh bahan pangan lain. Hal tersebut menekan mineralisasi kerangka dan mengurangi pertambahan berat badan.
Asam oksalat dan garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa tersebut bersifat toksis. Pada dosis 4-5 gram asam oksalat atau kalium oksalat dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa, tetapi biasanya jumlah yang menyebabkan pengaruh fatal adalah antara 10 dan 15 gram. Gejala pada pencernaan (pyrosis, abdominal kram, dan muntah-muntah) dengan cepat diikuti kegagalan peredaran darah dan pecahnya pembuluh darah inilah yang dapat menyebabkan kematian.

Mengurangi Konsumsi senyawa Asam Oksalat
Karena pengaruh distropik oleh oksalat tergantung pada ratio molar antara asam oksalat dan kalsium, hal itu dapat dicegah melalui cara, yaitu
a.       Menghilangkan oksalat dengan membatasi konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung oksalat yang larut, yaitu dengan menghindari makan dalam jumlah besar atau juga menghindari makan dalam jumlah kecil tetapi berulang-ulang. Mengkombinasikan beberapa makanan yang banyak mengandung oksalat perlu juga dihindari.
b.      Dengan cara menaikkan supply kalsium yang akan dapat menetralkan pengaruh dari oksalat.
c.       Memasak bahan makanan yang mengandung asam oksalat hingga mendidih dan membuang airnya sehingga dapat memperkecil proporsi asam oksalat dalam bahan makanan.

Daftar pustaka
Edy Rianto dan Endang Purbowati, 2010. Panduan lengkap Sapi Potong, http://cintasapi.wordpress.com/2010/09/02/zat-antinutrisi/
Kurnia Widiantoko Rizkiy. 2011. ZAT ANTINUTRISI. http://lordbroken.wordpress.com
Susilo harjo Rahmawati, 2007. Kenali Zat Anti Gizi (1): Senyawa Anti Tyroid Alami.http://geasy.wordpress.com/2007/06/15/kenali-zat-anti-gizi-1-senyawa-anti-tyroid-alami/
Widodo Wahyu . Tanaman Beracun Dalam kehidupan Ternak. (tahun, penerbit dan tempat diterbitkan belum diketahui) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut