Jumat, 05 Oktober 2012

Laporan Manajemen Ternak Perah CV Murni Surakarta


Latar Belakang
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Salah satu usaha guna pemenuan komoditi susu yang terus dikembangkan oleh peternak adalah pemeliharaan sapi perah. Sapi perah merupakan salah satu panghasil protein hewani yang sangat penting. Usaha ternak sapi perah di Indonesia baru dimulai pada abad ke-17 bersamaan dengan masuknya belanda ke Indonesia, pada waktu itu orang belanda merasa berkepentingan mandatangkan sapi perah, agar dapat memperoleh produksi susu untukmemenuhi kebutuhan mereka. Pada waktu itu bangsa sapi tipe perah yang didatangkan adalah Friesian Holstein (FH) dari negeri Belanda, maka tidak mengherankan populasi bangsa sapi perah di Indonsia sebagian besar adalah Friesian Holstein.
Setiap suatu usaha pasti berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan, keuntungan dapat diperoleh bila besanya pemasukan (input) dari usaha tersebut harus lebih besar daripada pengeluarannya. Usaha akan berjalan dengan baik bila persiapan dilakukan secara matang. Faktor yang akan menjadi penghambat perlu diketahui dan dicari informasi pemecahannya, sekaligus faktor pendukung yang ada dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu, informasi prospek pemasaran susu sapi termasuk hal penting untuk diketahui. Adapun perusahaan peternakan yang terletak di kota Surakarta adalah perusahaan sapi perah CV Murni. Tujuan diadakannya praktikum Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah untuk mengetahui kondisi ekonomi di perusahaan tersebut.

A.  Keadaan Umum Perusahaan
Perusahaan peternakan adalah tempat berlangsungnya penggabungan faktor produksi di bidang peternakan untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan komersial. Sebelum mendirikan perusahaan peternakan, seorang pengusaha harus memikirkan banyaknya modal yang diperlukan, kemungkinan kegagalan, dampak terhadap lingkungan, pemilihan lokasi yang strategis. Perusahaan peternakan memiliki ciri khas yang mudah untuk dikenali yaitu memiliki pola usaha besar, manajemen terstruktur, berbadan hukum (Dinas Pendidikan, 2007).
Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternak skala kecil dan menengah. Usaha ternak sapi perah Indonesia memiliki komposisi peternak skala kecil mencapai 80 persen, peternak skala menengah 17 persen dan peternak skala besara mencapai 3 persen. Dengan rata-rata pemilikan sapi sebanyak 3-5 ekor per peternak, tingkat efisiensi usahanya masih rendah. Jika skala kepemilikan ternak tersebut  ditingkatkan menjadi 7 ekor per peternak maka diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat efisiensi usaha sekitar 30 persen (Swastika et al, 2000).  
Breed sapi Holstein/Friesian Holstein/Fries Holland/FH, asalnya dari propinsi Friesien negeri Belanda, masuk Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda atas prakarsa Kontrolir Van Andel yang bertugas dari Kawedanan Tengger, Pasuruan (1891-1892), atas anjuran dokter hewan Bosma mengimpor sapi pejantan Fries Holland langsung dari negeri Belanda. Sejak tahun 1900 di Lembang dan Cisarua (Bandung) telah terdapat perusahaan sapi perah Fries Holland murni, disamping itu di Klaten (Jawa Tengah) terdapat pula pembibitan sapi pejantan muda Fries Holland dari negeri Belanda sebanyak 22 ekor dan langsung dibawa ke Grati, Pasuruan (Soetarno, 2003).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan usaha sapi perah mengalami perkembangan dan peningkatan produksi susu yakni adanya dorongan dari pemerintah dan dari pihak swasta. Bila ditinjau dari pemerintah, dorongan tersebut meliputi pengadaan bibit unggul dengan cara mengupayakan bibit unggul dan mani beku dari Australia serta menyebar petugas penyuluhan. Bila ditinjau dari pihak swasta, dorongan tersebut dapat terlihat dari banyaknya industri pengolahan susu yang bermunculan sehingga menyebabkan motivasi tersendiri bagi para produsen (AAK, 1995). 
Peranan seorang manajer dalam suatu perusahaan peternakan sangat menonjol.haan lebih mudah. Manajer penting dalam perusahaan,supaya dalam pengolahan dan penanganan perusKehadiran tenaga terlatih yang sangat terampil melakukan segala tata laksana peternakan, disertai penataan perlengkapan dan peralatan perusahaan peternakan yang disesuaikan dengan faktor fisik dan ekonomi akan menentukan keberhasilan tujuan tersebut (Santosa, 2005).
B.  Analisis Finansial
Dalam kenyataannya, biasanya sebuah perusahaan peternakan kurang memperhatikan masalah perekonomian dan keuangan perusahaan. Mereka biasanya lebih memperhatikan masalah keadaan perkembangan dan pertumbuhan ternaknya dan mengabaikan masalah ekonomi dan keuangan perusahaan sehingga mereka kurang tahu apakah usahanya itu laba atau rugi dan jika laba tidak tahu berapa besarnya. Banyak perusahaan peternakan di Indonesia ini yang perkembangannya lambat dan bahkan ada juga yang tidak bertahan lama karena merugi (Santoso, 2002).
Aspek finansial bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan usaha ternak sapi perah dalam kaitan kelayakan usaha ternak untuk mengetahui berapa minimal seorang peternak mengusahakan ternak sapi perah dan untuk menghindarkan keterlanjutan investasi pada usaha yang tidak menguntungkan. Analisis finansial digunakan sebagai petunjuk di bidang sarana keuangan yang dilengkapi dengan informasi yang sangat dibutuhkan oleh pihak lain seperti perbankan dan rekanan usaha. Adapun analisis finansial yang umum digunakan adalah Break Even Point (BEP), Profit Rate, Net Present Value, Benefit Cost Ratio, Internal rate of Return (Suastina, 2005). 
Biaya perusahaan dapat dibagi dengan berbagai cara. Biaya tetap tidak tergantung pada tingkat kegiatan perusahaan. Artinya biayanya setiap bulannya tidak terpengaruh oleh naik atau turunnya kegiatan perusahaan. Dalam biaya variabel, jumlah biaya berubah-ubah sesuai dengan berubah-ubahnya kesibukan perusahaan. Yang diartikan dengan kesibukan perusahaan (atau bagian dari perusahaan) dalam satu periode tertentu adalah kadar sampai di mana perusahaan memakai. Kalau perusahaan atau bagian daripadanya tidak berproduksi, tetapi menjual, dikatakan kesibukan perusahaan atau volume penjualan (Anonim, 2008).
Analisis usaha ternak merupakan pendekatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersial. Analisis usaha ternak bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisa ini digunakan untuk merencanakan perluasan usaha, baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Analisa usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisa usaha  yaitu : (1) cash flow (arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan (income statement) (Siregar, 2009).
Neraca merupakan suatu daftar yang mencatat secara sistematis mengenai darimana perusahaan mendapat uang (yaitu kewajiban atau utang dan modal) serta bagaimana perusahaan menggunakan uang itu pada tanggal tertentu dan dinyatakan dengan jumlah uang. Neraca adalah jenis laporan keuangan yang sangat penting bagi pemakai informasi akuntasi karena melalui neraca mereka dapat mengetahui dampak keuangan dari transaksi atau kejadian ekonomi terhadap perusahaan. Dari neraca, perusahaan mengetahui darimana perusahaan memperoleh uang dan bagaimana uang itu digunakan, sedangkan cashflow merupakan aliran kas dari suatu usaha yang terdiri dari penerimaan usaha (inflow) dan pengeluaran usaha (outflow). Aliran kas disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya (Alam, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Keadaan Umum Perusahaan
1.      Keadaan Populasi Ternak, Modal, Harga
Perusahaan Peternakan CV Murni terletak di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres, yang terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Dengan batas sebagai berikut, utara pasar Pucangsawit, timur sungai Bengawan Solo, selatan kebun/rawa-rawa, barat rumah penduduk. CV Murni berdiri pada tahun 1966 awalnya bermodal 2 ekor ternak dan sekarang hanya 17 ekor ternak sapi, jumlah ini termasuk jumlah yang paling sedikit dibandingkan tahun-tahun kemarin karena modal sekarang hanya dari penghasilan susu tidak ada tambahan dana dari penghasilan lain. Susu hasil perahan per liter seharga Rp 6.000,00.
2.      Kondisi Produksi dan Wilayah Pemasaran Produk
Produksi utama dari CV “MURNI” adalah susu dan pedet. Dalam 1 hari CV “MURNI” produksi susunya berkisar ± 75 liter/ hari dengan harga jual susu Rp. 6000,00/liter. Wilayah pemasaran produk daerah Surakarta dan sekitarnya.
3.      Proses Produksi yang Dijalankan
Proses produksi untuk peternakan sapi perah adalah produksi susu, dimana pakan yang diberikan berupa hijauan yang didapatkan dari kebun sendiri yang berada di Kebakkramat, Karanganyar. Sekali panen bisa didapat 50 ton dengan komoditas rumput gajah, selain rumput gajah, pakan yang diberikan konsentrat 10/ekor/hari. Bila terjadi sakit pada sapi, maka penanganan kesehatan dilakukan sendiri, penyakit yang sering ditemui adalah pilek,kembung dan diare, dalam penanganan kesehatan si pemelihara (pak Samidi) menangani berdasarkan pengalaman yang tidak berdasar pada ilmu, tetapi apabila tidak bisa mengangani sendiri memanggil dokter hewan.
8
 
 

4.      Sumber Daya yang Dimiliki
Sumber daya yang dimiliki adalah kandang, sapi 17 ekor sapi PFH, mesin pemotong rumput, alat transportasi, 5 orang tenaga kerja. CV “Murni juga memiliki lahan sendiri di Kebakkramat untuk membudidayakan rumput gajah sehingga kebutuhan hijauan untuk pakan tercukupi tanpa harus membeli karena sekali panen bisa mencapai 50 ton.
5.      Denah Lokasi
Lokasi perusahaan CV Murni pada mulanya berada di Palur, Karanganyar dan sekarang berada di kelurahan Pucang Sawit, Jebres, Surakarta. CV Murni memiliki letak kandang laktasi yang membujur dari arah selatan ke arah utara, hal ini bertujuan agar induk sapi mendapatkan kehangatan dari sinar matahari pagi, jadi bisa membantu memperlancar laktasi air susunya. Perusahaan CV Murni, ventilasinya cukup baik sehingga udara di dalam kandang mengalir dengan baik dan bau kotoran sapi tidak terlalu menyengat. Ventilasi dan kondisi kandang mulai dari lantai hingga bangunannya terlihat baik.
Kantor pusat perusahaan CV Murni diperlukan untuk kegiatan administrasi dan pengaturan jalannya usaha. Letak kantor harus benar-benar strategis dan dekat dengan jalan umum. Letak kantor biasanya berada dibagian depan lokasi perusahaan sehingga mudah dicapai oleh kendaraan dan mudah dikenali orang. Letak kantor ini juga diusahakan agar seluruh lokasi mudah terjangkau dan segala kegiatan mudah dipantau (Santoso, 2002).
Lokasi perusahaan CV Murni menunjukkan letak perusahaan yang sangat strategis, dimana CV Murni terletak di Kelurahan Pucang Sawit, Kecamatan Jebres. Perusahan ini terletak di barat sungai Bengawan Solo, perusahaan ini hanya berjarak ± 500 m dari Universitas Sebelas Maret, sehingga sangat membantu mahasiswa bila ada yang ingin praktikum atau mengetahui seluk beluk perusahaan. CV Murni terletak di letak strategis dan di tengah-tengah rumah warga, tidak ada suatu peristiwa demonstrasi atau penyegelan dari warga, hal ini disebabkan karena pihak perusahaan yang memakai tenaga kerja dari warga sekitar dan adanya koordinasi dan kesepakatan yang baik antar pemilik perusahaan dengan pihak warga.
6.      Penanggulangan Limbah/Kotoran Ternak
Dulu penanganan limbah berupa feses sebagian di tampung untuk diolah menjadi pupuk organik dengan biaya pengiriman Rp. 100.000,-/pengiriman. Sedangkan sebagian dialirkan ke sungai dan terkadang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kandang sebagai pupuk, tetapi untuk saat ini limbah langsung digunakan sendiri sebagai pupuk untuk tanaman, karena dihitung-hitung hasilnya tidak bisa balik modal yang digunakan untuk transportasi dan membayar pegawai.
Suatu perusahaan peternakan harus diperhatikan penanganan limbah ternak dengan baik, karena limbah ternak mempunyai nilai negatif dan positif. Nilai negatifnya adalah limbah ternak dapat menyebabkan polusi yang mengganggu masyarakat sekitarnya. Nilai positifnya adalah limbah ternak dapat dimanfaatkan menjadi produk lain yang lebih berguna seperti dibuat pupuk organik atau dibuat biogas.
Kotoran sapi dapat diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos ini merupakan dekomposisi bahan-bahan organik atau proses perombakan senyawa yang komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Bahan dasar pembuatan kompos ini adalah kotoran sapi dan bahan seperti serbuk gergaji atau sekam, jerami padi dll, yang didekomposisi dengan bahan pemacu mikroorganisme dalam tanah (misalnya stardec atau bahan sejenis) ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan kompos (Anonim, 2008).
7.      Peran Perusahaan Dalam Memberdayakan Masyarakat Sekitar
Peran perusahaan dalam pemberdayaan masyarakat sekitar yaitu mengatasi masalah pengganguran dengan mempekerjakan orang dari penduduk setempat, membantu masyarakat dalam mencukupi kebutuhan susu, .menciptakan generasi yang cerdas dengan cara mengkonsumsi susu. Tujuan dari mengatasi masalah pengangguran adalah untuk menjalin menjalin kerjasama/hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat sekitar.
8.      SWOT Analisis
a.             Strength / Kekuatan
         Kekuatan yang sering dihadapi oleh CV Murni adalah untuk tetap berkelanjutan dalam semua devisi usaha oleh kemudahan dalam pemasaran susu dan tingkat harga pakan.
b.            Weakness / Kelemahan
Kesulitan yang sering dihadapi oleh CV Murni adalah pemasaran susu yang bersaing dengan perusahaan susu lainya, serta harga jual sapi yang menurun.
c.             Opportunity / Kesempatan
Kesempatan yang akan/ masih bisa dihadapi oleh CV Murni adalah masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan, adanya kebijakan dari pemerintah untuk minum susu, limbah hasil pembuangan bisa dimanfaatkan lagi sehingga tidak mencemari lingkungan
d.            Treatment / Ancaman
Ancaman / hambatan yang sering dihadapi oleh CV Murni adalah penurunan pemasaran hasil produksi, mempertahankan kualitas susu yang dihasilkan yang semakin ketatnya persaingan usaha di bidang produksi susu, berhubung terletak ditengah pemukiman maka tidak dipungkiri bila ada ancaman gusuran dari warga, adanya tuntutan dari KUD agar kualitas pakan harus ditambah padahal harga pakan tidak mau tueun, karena di KUD bagian laboratorium harus kena uji kualitas pakan.
B.     Analisis Finansial
1.  Modal  Investasi
a).    Tanah dan Bangunan
Tanah (100 m2)
Rp
50.000.000
Total biaya tanah
Rp
50.000.000
b).    Bangunan dan Pembuatan Kandang
Kandang laktasi (10 m2)
Rp
5.000.000
Kandang bunting dan dara (2,5 m2)
Rp
1.250.000
Kandang pedet (2 m2)
Rp
1.000.000
Kandang karantina (1,5 m2)
Rp
750.000
Kandang sapi dara (5 m2)
Rp
2.500.000
Kandang pejantan (13 m2)
Rp
6.500.000
Mess karyawan (16 m2)
Rp
8.000.000
Gudang pakan dan alat (50m2)
Rp
25.000.000
Total biaya bangunan
Rp
50.000.000
c).    Peralatan
6 Ember @ Rp 8.000
Rp
48.000
2 Sapu @ Rp 8.000
Rp
16.000
6 Kain Penyaring Susu @ Rp 6.000
Rp
36.000
2 Alat Pemotong Rumput @ Rp 150.000
Rp
300.000
Total biaya peralatan
Rp
400.000
d).   Modal Investasi :
Total biaya tanah                                                      Rp   50.000.000
Total biaya bangunan                                               Rp   50.000.000
Total biaya peralatan                                                Rp        400.000  +
Total modal investasi                                             Rp 100.400.000
2.      Modal Kerja Tetap (Fixed Cost) per bulan
a).  Gaji dan Upah
Tenaga kerja tetap                                         (5 orang @ 900.000 x 12 bulan)
Rp
54.000.000
Manajer (1 orang x 12 bulan                   @ 1.300.000)
Rp
15.600.000
Total
Rp
69.600.000
b).  Perawatan dan Pengelolaan
Rekening Listrik 12 bulan @ Rp 250.000
Rp
    3.000.000
Pajak air (sumur) 12 bulan @ Rp 25.000
Rp
       300.000
Penyusutan
Rp
  34.400.000
Pajak
Rp
    4.000.000
Total
Rp
  41.700.000
 Total Modal Kerja Tetap per bulan
  = Rp 69.600.000 + Rp 41.700.000 = Rp 111.300.000,-

3.      Modal Kerja Variabel (Variable Cost)
a).   Pembelian Sapi Perah
Sapi Laktasi 10 ekor @ 4.500.000
Rp
 45.000.000
Sapi Pedet 1 ekor @ 1.250.000
Rp
   1.250.000
Total 
Rp
46.250.000
b).   Pembelian Pakan Ternak
Konsentrat 10kg x 17ekor x 365 hr x Rp 1200
Rp
  74.460.000
Total
Rp
74.460.000
c).  Lain-lain
BBM (Solar) 100.000/bulan x 12 bulan
Rp
      1.200.000
Biaya Transportasi 144.000/bulan x 12 bulan
 Rp
      1.728.000
Obat Ternak 100.000/bulan x 12 bulan
 Rp
      1.200.000
Sumbangan 200.000/bulan x 12 bulan
 Rp
      2.400.000
Total
Rp
   6.528.000
Total Modal Kerja Variabel per bulan
= Rp 46.250.000 + Rp 74.460.000  + Rp 6.528.000 =Rp 127.238.000
d). Total Cost (TC) / Kebutuhan dana keseluruhan
Modal Investasi         
Rp
100.400.000
Modal Kerja Tetap (Fixed Cost)        
Rp
111.300.000
Modal Kerja Variabel (Variable Cost)
Rp
127.238.000
Total Modal  
Rp
338.938.000
e).     Total Penerimaan Selama 1 tahun
Penjualan Sapi Laktasi 10 ekor x @ 13.000.000
Rp
130.000.000
Penjualan susu 10 ekor x 6 x @ 6000 x  30 x 12
Rp
129.600.000
Penjualan Pedet 1 ekor x @ 1.700.000
Rp
  1.0700.000
Total Penerimaan
Rp
261.300.000
f).  Biaya Produksi 1 tahun
Gaji dan Upah
Rp
        69.900.000
Pembelian Sapi Perah
Rp
        40.000.000
Total Biaya Produksi
Rp
      109.900.000

4.      Laba / Keuntungan = Output – Input
                              = Rp 261.300.000 – Rp 109.600.000
                              =  Rp 151.700.000,-
5.   Rentabilitas (%)
      Rentabilitas (%) =

                               
                                = 44,7 %
6.      PPC             (Payback Period of Credit)
                     

         =  
         = 2,2 tahun
7.      BEP
BEP  (rupiah)            =
                                 =
                                       = 
                                       = Rp 214.038.462
Harga per unit                      = Rp 6.000,-
Biaya Variabel per Unit       = Harga per unit x Biaya Variabel
                                                                     Penjualan

= Rp 2921,6 ≈ Rp 2.900,-

BEP (unit)                            = biaya tetap
H – BVR        

                                             = = 35.903 unit

8.      ATO (Asset Turn Over)
ATO                                     = hasil produksi per periode
                                                                     modal

                                                      
                                             = 0,77 kali
9.            EBIT (Earning Before Interest and Tax)
HPP = Variable cost + biaya penjualan (1% dari hasil produksi)                      + fixed cost
         = Rp 127.238.000 + (1% x Rp 261.300.000) + Rp 111.300.000
         = Rp 241.151.000
EBIT    = (hasil produksi – HPP) – biaya adsministrasi (1%dari hsil produksi)
            = Rp 261.300.000 –             Rp 241.151.000 – Rp 2.613.000
            = Rp 17.536.000
10.        Profit Margin
 Profit margin                        =  EBIT   x 100 %
                                              Hasil produksi

                                             = 17.536.000  x 100 %
                                                261.300.000
                                            
                                             = 6,7 %
11.        ROI (Return On Investment)
ROI                                      = ATO x Profit margin
                                             = 0,77 x 6,7
                                             = 5,16 %
12.        BCR (Benefit Cost Ratio)
   BCR                                     = Penerimaan
                                                   Total Cost
                                                = 151.700.000
                                                       338.938.000
                                                  
= 0,44 %
13.  Efisiensi Usaha      
   Efisiensi Usaha                    =   Investasi    x 100%
                                                                Keuntungan
                                                            =

                                                   = 66,2%
C.          Pembahasan
Setiap usaha perlu adanya analisis finansial yang berfungsi untuk mengetahui kondisi usaha yang dijalankan. Analisis ini bertujuan, jika usaha mengalami kerugian dapat dilakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menghindari kebangkrutan, sebaliknya apabila usaha mengalami keuntungan akan dapat mengembangkan usaha menjadi lebih besar dan berkembang pesat.
CV. Murni saat ini populasi ternak yang dimiliki berjumlah 17 ekor sapi PFH dan modal sekitar Rp. 338.938.000 yang digunakan untuk menyiapkan perlengkapan awal. Perusahaan ini menyalurkan hasil produksinya ke sekitar karisidenan Surakarta, yaitu Karanganyar, dan Sukoharjo dan sekitarnya. Penanganan kesehatan ditangani oleh pihak perusahaan, untuk penanganan reproduksi, pihak CV Murni melaksanakan Inseminasi Buatan dengan cara menghubungi mantri dengan tingkat keberhasilan 60 %.  Alat – alat peternakan yang ada meliputi tempat pakan, tempat minum, ember, sapu, kain penyaring susu dan alat pemotong rumput (chooper). Lokasi peternakan sendiri berada di dekat sungai dan di tengah-tengah pemukiman warga serta dekat dengan jalan raya, sehingga memudahkan pemasaran. Limbah yang dihasilkan dari peternakan ini berupa feses, urin, pada zaman dahulu CV Murni pernah mencoba untuk mengolah limbah padat menjadi kompos dan selanjutnya dikirim ke Sukoharjo dengan biaya pengiriman Rp 100.000, lalu setelah dihitung-hitung oleh pihak perusahaan, usaha ini dihentikan karena tidak menguntungkan dan akhirnya hanya dimasukkan dalam kantong dan anak dari pemilik kadangkala mengambil kotoran tersebut untuk diolah.
Data hasil analisis finansial diperoleh modal keseluruhan sebesar Rp. 338.938.000,- yang berasal dari modal investasi, fixed cost, dan variable cost. Total  penerimaan dalam 1 periode sebesar Rp. 261.300.000,- dan total biaya produksi selama 1 periode sebesar Rp. 109.600.000,-.  Oleh karena itu perusahaan ini mendapatkan laba sebesar Rp. 151.700.000,-.
ATO (Asset Turn Over) merupakan ratio antara hasil produksi per tahun dibandingkan dengan jumlah modal. EBIT adalah (hasil produksi – HPP) – biaya administrasi (1% dari hasil produksi). Besarnya nilai ATO dan EBIT untuk CV Murni adalah 0,77 untuk ATO dan Rp 17.536.000 untuk yang EBIT. Selanjutnya profit margin merupakan prosentase perbandingan antara EBIT dengan hasil produksi dan besarnya profit margin sebesar 6,7 %. ROI (Return On Investment) merupakan nilai hasil kali antara ATO dengan profit margin, sehingga dapat diketahui berapa besar prosentase pengembalian nilai investasi yang ditanamkan. Nilai ROI CV Murni yang telah dianalisis sebesar 5,16 %.   
BEP adalah suatu nilai dimana keuntungan yang diterima perusahaan sama nilainya denga total biaya yang dikeluarkan, dengan anggapan bahwa hanya harga jualnya tertentu (Swastha dan Soekatjo, 2000). Perusahaan tidak untung dan tidak rugi, atau impas/kembali pokok/ pas-pasan. Besarnya BEP (unit) perusahaan ini adalah 35.903 unit sedangkan BEP (rupiah) perusahaan CV Murni adalah Rp 214.038.462,-.
Rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari sejumlah dana yang dipakai untuk menghasilkan laba tersebut. Besarnya rentabilitas untuk CV Murni sebesar 44,7 %. Sedangkan PPC adalah waktu pengembalian investasi (berapa tahun atau berapa bulan) setelah investasi ditanamkan dalam perusahaan (Adisaputro, 1993), manfaat yang diperoleh dari PPC adalah mengetahui waktu yang digunakan untuk investasi, salah satu kriteria untuk menyakinkan bank untuk memberikan pinjaman ke perusahaan, perencanaan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Nilai PPC perusahaan ini adalah 2,2 tahun dan berdiri pada tahun 1966 yang berarti dalam jangka waktu 2,2 tahun yang akan datang investasi dari perusahaan CV Murni akan segera terlunasi sekitar tahun 1969.
BCR merupakan hasil perbandingan antara nilai total benefit dengan total biaya sebagai indikator bisa diterima atau tidaknya investasi yang dijalankan dalam usaha. Nilai BCR dari perusahaan CV Murni sebesar 0,44%. Sedangkan efisiensi usaha bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi dari perusahan, nilai efisiensi usahanya adalah 66,2 %.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut