Selasa, 20 November 2012

Mesin tetas tradisonal lampu Minyak



Berbagai ternak memiliki kecenderungan tersendiri untuk mempertahankan populasinya dengan cara yang berbeda-beda. Ternak unggas melakukan upaya dalam mempertahankan populasinya dengan cara menetaskan telurnya, dengan demikian penetasan telur memegang peranan penting dalam peternakan unggas. Ternak unggas seperti ayam, itik dan puyuh dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Apabila daging unggas tersebut dikonsumsi dalam jumlah banyak dan juga terdapat unggas yang mati maka perlu ada populasi baru sebagai pengganti. Penetasan telur merupakan tahapan penting dalam peternakan unggas agar populasi yang hilang akibat dikonsumsi maupun mati dapat tergantikan .
Secara alami, penetasan telur ini dilakukan dengan cara pengeraman oleh induknya. Pengeraman ini dapat terjadi bila sifat mengeram telur pada unggas tersebut sudah muncul. Hanya saja, jumlah telur yang dapat ditetaskan sangat sedikit sehingga menjadi tidak efisien dan tidak semua induk ternak unggas memiliki sifat mengeram. Oleh karena itu, dalam upaya memperbanyak dan mempertahankan populasi ternak unggas diperlukan tindakan alternatif  lain yaitu penetasan telur secara buatan (dengan alat penetas selain induk).
Penetasan telur secara buatan dapat dilakukan secara konvensional maupun menggunakan mesin tetas dengan sumber pemanas yang berbeda-beda. Sumber pemanas yang pada umumnya digunakan adalah sumber pemanas dari lampu listrik dan lampu minyak. Kedua sumber tadi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing untuk dijadikan sumber pemanas. Oleh karena itu, agar lebih jelasnya, maka untuk mesin tetas dengan sumber pemanas lampu minyak akan dibahas di bab selanjutnya dalam makalah ini.
Pada hakekatnya, ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami (dengan induknya sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas pengganti induk). Menetaskan telur dengan induk umumnya disebut pengeraman secara alami. Cara ini sudah dilakukan sejak awal unggas didomestikasi. Hanya saja tidak semua unggas dapat melakukan pengeraman sendiri karena tergantung sifat mengeramnya. Sementara menetaskan telur dengan alat tetas buatan dilakukan bila ingin diperoleh anak-anak ayam, itik dan puyuh dalam jumlah banyak. Inilah salah satu kelebihan cara penetassan buatan disbanding cara alami. Kelebihan lainnnya adalah anak-anaknya dapat dipelihara tanpa induk sehingga kegiatan seperti produksi telur tidak akan terhenti. Dengan demikian penggunaan alat tetas buatan akan membantu peternak dalam menjaga kontinuitasnya (Paimin, 2006).
Mesin tetas merupakan sebuah kotak atau peti yang dibuat sebagai sarana untuk pengeraman telur, dimana panas yang timbul dapat tersimpan didalam mesin tetas. Temperatur dalam mesin tetas dapat diatur dan dipertahankans sesuai dengan kebutuhan selama proses penetasan. Dengan demikian mesin tetas berfungsi sebagai induk buatan untuk mengerami telur sampai menetas (Anonim, 2011).
Keberhasilan penetasan telur dengan mesin tetas akan tercapai bila memperhatikan beberapa perlakuan sebagai berikut.
1)        Telur tetas ditempatkan dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.
2)        Panas (suhu) dalam ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai yang dipertahankan unggas.
3)        Telur dibolak balik beberapa kali sehari pada saat-saat tertentu selama proses pengeraman.
4)        Ventilasi harus sesuai agar sirkulasi udara didalam mesin tetas berjalan dengan baik.
5)        Kelembapan udara didalam mesin selalu dikontrol agar sesuai untuk perkembangan embrio didalam telur.
Dengan memperhatikan beberapa perlakuan tersebut maka mesin tetas dapat dibedakan atas beberapa tipe. Berdasarkan sumber alat pemanas maka mesin tetas dapat digolongkan dalam tiga tipe, yaitu mesin tetas listrik, mesin tetas lampu minyak dan mesin tetas kombinasi. Dalam hal ini, mesin tetas yang akan dibahas lebih lanjut yaitu mesin tetas lampu minyak (pemanas lampu minyak tanah atau lampu tempel).
Ø Mesin Tetas Lampu Minyak
Mesin tetas lampu minyak lebih baik dibanding alat tetas konvensional yang hanya menggunakan tenaga sinar matahari. Presentase telur tetas yang dapat menetas lebih besar, yaitu  mencapai 70-80%. Jumlah telur tetas yang dapat ditetaskan oleh mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin dan ukuran telur tetasnya. Semakin besar ukuran mesin dan semakin kecil ukuran telur tetas maka akan semakin banyak telur yang dapat ditetaskan. Mesin tetas lampu minyak ini dapat digunakan untuk menetaskan telur ayam, itik dan puyuh (Paimin, 2006).
Mesin tetas lampu minyak dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe lampu bawah dan lampu samping. Mesin tetas dengan pemanas lampu minyak tanah samping dilengkapi dengan pipa penyalur udara panas ke dalam mesin tetas sehingga ruang penetasan menjadi panas. Sementara yang menggunakan lampu bawah, pipa penyalur tidak diperlukan karena panas langsung menyebar ke mesin tetas.
a.               Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan mesin tetas lampu minyak ini diantaranya ialah papan tripleks, kayu reng, kayu kaso, kawat, kaca, paku, termoregulator, seng datar, engsel pintu kecil, grendel dan lem. Kayu reng dan kaayu kaso untuk pembuatan kerangka mesin tetas. Kawat digunakan untuk pembuatan rak tempat telur tetas dan rak penampungan anak tetas yang baru menetas. Termerogulator sebagai pengontrol suhu dalam ruang mesin tetas dan seng datar untuk pembuatan pipa pemanas.
Pada pengoperasian mesin tetas ini nantinya diperlukan lampu minyak. Lampu minyak yang dipilih sebaiknya menggunakan semprong karena nyala apinya bagus, apinya mudah dibesarkan atau dikecilkan, mudah dibersihkan dan mudah dilakukan penambahan bahan bakar.
b.              Cara Pembuatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mesin tetas ini adalah pada kotak atau peti mesin jangan sampai terdapat kebocoran atau bagian yang tidak tertutup rapat. Mesin yang bocor dapat berakibat suhu didalam kotak atau peti tidak dapat dipertahankan pada kondisi yang dibutuhkan telur tetas saat pengoperasiannnya. Hal ini terjadi akibat panas yang ada didalam ruang mesin tetas akan menerobos ke luar melalui bagian yang bocor. Secara umum mesin tetas ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu pipa seng, termoregulator, peti atau kotak, pintu mesin tetas, rak tempat telur, rak penampungan anak tetas dan bak air.
c.               Cara Kerja Mesin Tetas
Cara kerja mesin tetas ini diawali dengan pemanasan mesin dari lampu minyak. Perlu diperhatikan, semprong lampu minyak harus hampir seluruhnya masuk ke dalam pipa seng sehingga panas akan menyebar ke mesin. Panas tersebut akan menaikkan suhu udara dalam mesin tetas. Pada saat itu pipa seng tempat lampu minyak tersebut dan pintu mesin tetas harus dalam keadaan tertutup.
Setelah yakin suhu ruang dalam mesin tetas sudah naik akibat pemanasan tersebut dan suhu sudah sesuai dengan yang ditentukan, maka termoregulator bisa langsung diatur. Setelah naik turunnya suhu berjalan dengan baik dan termoregulator sudah berfungsi dengan baik, selanjutnya pemasukan telur tetas diatur pada rak telur. Bersamaan dengan  pemasukan rak telur tersebut dapat dimasukkan bak air dan rak penampungan anak tetas. Rak telur maupun rak penampungan diusahakan dapat keluar masuk dengan mudah sehingga pembalikkan telur dapat dilakukan dengan mudah.
Mengingat incubator ini sangat sederhana, maka sebelum telur-telur disusun dalam egg tray (rak telur) sebaiknya telur diberi tanda agar memudahkan mengingatnya . Misalnya bagian bawah diberi tanda "A" dan bagian atasnya diberi tanda "B". Langkah pelaksanaan penetasan telur.
1.    Telur yang sudah bersih diletakan pada rak telur dengan sudut 60 derajat, dengan bagian yang tumpul (rongga udara) di bagian atas, kemudian rak telur dimasukan ke dalam incubator dan pintu incubator ditutup.
2.    Pertahankan suhu agar konstan (90-103 ° F), dengan kelembaban 55-80%, dan incubator harus diamati minimal tiga kali sehari dan selama tiga hari pertama dan tiga hari terakhir incubator tidak boleh dibuka, karena periode ini merupakan periode kritis . Periode kritis pertama (tiga hari pertama) disebabkan karena perkembangan embrio yang cepat dan besar, disamping konsentrasi bahan padat dan perubahan material kimiawi juga puncak produksi asam laktat dicapai pada hari keempat. Sedangkan periode kritis kedua disebabkan oleh karena embrio telah sempurna dan pergerakan dari embrio untuk mendapatkan posisi yang normal dalam pemecahan krabang telur .
3.    Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 s/d hari ke-17 dan pada itik pada hari ke-3 s/d hari ke-25 minimal 2-3 kali sehari, lebih sering lebih baik, dan selania pemutaran telur ini adalah untuk menyeragamkan suhu pada pemutaran telur dan mencegah agar embrio yang berkembang tidak menempel pada membran sel . Untuk memudahkan pengontrolan suhu dan kelembaban, termometer dan hygrometer agar diletakan persis dibelakang kaca pintu mesin tetas . Setelah memasuki masa kritis ke-2 (tiga hari terakhir) telur tidak perlu/jangan dibalik, dan alat pembalik agar dikeluarkan dari rak telur, namun telur tetap dalam posisi miring ( 60 ° ) dengan bagian yang tumpul/rongga udara ada dibagian atas .
4.    Ventilasi diatur agar udara dalam incubator dapat selalu berganti dengan udara yang segar.
5.    Peneropongan telur (candling) selama penetasan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali. Kegunaan peneropongan ini adalah untuk mengeluarkan telur yang infertile dan embrio yang mati dalam penetasan setelah dilakukan peneropongan . Telur yang infertil dan embrio yang mati akan menghasilan gas berbau dan merugikan dalam mesin tetas .
(Sumantri, 2000).
Ternak unggas melakukan upaya dalam mempertahankan populasinya dengan cara menetaskan telurnya. Ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami (dengan induknya sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas pengganti induk). Penetasan secara buatan biasanya menggunakan mesin tetas dengan sumber pemanas yang beragam. Mesin tetas merupakan sebuah kotak atau peti yang dibuat sebagai sarana untuk pengeraman telur, dimana panas yang timbul dapat tersimpan didalam mesin tetas. Temperatur dalam mesin tetas dapat diatur dan dipertahankans sesuai dengan kebutuhan selama proses penetasan.
Mesin tetas lampu minyak merupakan salah satu alat penetasan buatan yang dirancang menggunakan lampu minyak sebagai sumber panas untuk ruangan didalam mesin tetas. Presentase telur tetas yang dapat menetas lebih besar, yaitu  mencapai 70-80%.  Jumlah telur tetas yang dapat ditetaskan oleh mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin dan ukuran telur tetasnya. Jadi untuk mesin tetas ini dapat dirancang sendiri sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dalam menetaskan telur yang dikehendaki.

DAFTAR PUSTAKA
Paimin, 2006. Membuat dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumantri, 2000. Teknis Penetasan Telur Semi Intensif. Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000. Balai Penelitian Ternak. Bogor.


5 komentar:

  1. bagaimana cara membuat mesin tetas telur dengan menggunakan sumber panas lampu minyak?

    BalasHapus
  2. MANTAB gan ijin nyoba n Copas hehe

    BalasHapus
  3. MANTAB gan ijin nyoba n Copas hehe

    BalasHapus
  4. sertakan gambar cara pembuatan mesinnya..

    BalasHapus
  5. Bsa ditampilkan desain gambarx untuk msin yg mnggunakn minyak tanah???

    BalasHapus

Pengikut