Sabtu, 09 Maret 2013

Makna Tahun Baru Saka


Ketika Aji Saka tiba di tanah Jawadwipa dari pulau Majheti dengan ditemani oleh seorang penakawannya bernama Dora, tanah Jawa yang merupakan negeri yang makmur mempunyai pengetahuan yang sudah tinggi. Pengetahuan ini biasanya ditularkan lewat suatu komunikasi kesusastraan dan lisan diantara penduduknya seperti dongeng dan cerita-cerita yang disajikan secara turun-temurun. Ini adalah suatu kebudayaan yang sangat tinggi nilainya bagi kehidupan masyarakat.

Kesusatraan ini menjadi terancam ketika sang penguasanya bernama Prabu Dewata Cengkar di KerajaanMedangkamulan sering menindas dan membunuh rakyat yang kritis terhadapnya. Tentu saja hal ini sangat membahayakan bagi Jawadwipa karena orang-orang kritis yang dibunuh itu pada dasarnya adalah sastrawan-sastrawan yang sangat berperan dalam kemajuan pengetahuan dan kehidupan masyarakat. Prabu Dewatacengkar tidak mau jika kekuasaannya dikritisi oleh kaum intelektual sehingga mereka harus disingkirkan, demikianpun pengikut maupun kader-kader pengikutnya. Oleh karena itu negara Medangkamulan menjadi sunyi, sepi dan seram karena para intelektual sudah banyak yang dipenjarakan, dibunuh dan yang selamat melarikan diri keluar pulau.

Melihat hal ini sang Aji Saka sangat khawatir akan kelestarian pengetahuan maupun kesusastraan masyarakat Jawadwipa tersebut. Oleh karena itu ia mengadakan suatu "gerakan intelektual" dengan memberi kesadaran pada masyarakat tentang perlunya pengetahuan dan kesadaran terhadap kesusatraan sembari bersikap kritis pada penguasa. Hal ini tentu saja tidak disukai oleh Prabu Dewatacengkar sehingga hendak dibasmi dan dibungkam oleh sang raja. Tindakan Prabu Dewatacengkar ini kemudian mendapat penentangan begitu luas dari masyarakat dan tak kurang dari para pejabat seperti sang Patihpun mendukung gerakan intelektual ini. Akhirnya sang Prabu Dewata Cengkarpun terguling dan Jawadwipapun diselamatkan dari kehancuran kebudayaannya yang begitu tinggi.

Setelah menjadi raja sang Aji Sakapun mengutus pembantu setianya bernama Dora untuk megambil pusaka dan kitab suci di pulau Majheti yang dijaga oleh pembantu setianya yang lain bernama Sembada. Sembada tidak mau memberikan semua pusaka maupun kitab yang dijaganya jika bukan sang majikan, Aji Saka sendiri yang mengambilnya, sedangkan Dora tidak mau pulang jika tidak bisa melaksanakan tugas mengambilnya. Setelah perang mulut terjadi, maka perang senjata dilakukan sehingga kedua pembantu setia yang mempunyai kesatian sama tersebut gugur bersama-sama. Sang Aji Sakapun yang datang terlambat sangat sedih dan menyadari kekeliruannya sehingga menjadikan peristiwa ini sebagai peringatan bagi rakyat Jawadwipa dengan mengesahkan "aksara Jawa Hanacaraka" akan pentingnya pusaka berupa "Tradisi Tulis" guna melestarikan kebuadayaannya.

Mungkin ini adalah sekelumit cerita tentang makna dan pentingnya peringatan "Tahun Baru Saka" bagi masyarakat nusantara dan juga Hari Raya Nyepi bagi umat Hindhu. Tahun baru Saka yang diresmikan di India pada tahun 78 masehi oleh raja Saliwahana dan diremikan di nusantara oleh Aji Saka bermakna sangat penting bagi suatu "Historisasi" atau "penulisan sejarah nusantara" dan pengabadian pengetahuan dengan adanya pengenalan aksara bagi nusantara. Disamping  itu bagi umat Hindu bermakna spiritual untuk menahan segala hawa nafsu yang bisa merusak jiwa sehingga dapat menjalani kehidupan sepanjang tahun dengan makna yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut