1.1
Latar Belakang
Ternak perah dapat diartikan sebagai ternak yang
diusahakan untuk menghasilkan susu sebanyak- banyaknya di damping hasil
sampingan lainnnya. Untuk kondisi di Indonesia, yang termasuk ternak perah
adalah jenis- jenis ternak sapi, kerbau, dan kambing. Meski di daerah tertentu
dijumpai pula pemerahan terhadap ternak kuda, namun hal ini tidak umum dan
sangat terbatas keberadaannya. Dan di beberapa negara juga dikenal adanya
pemerahan unta. Sapi itu sendiri mempunyai beberapa jenis, tergantung bangsa-
bangsa yang dimiliki. Bangsa- bangsa sapi perah yang terkenal umumnya bersal
dari keturunan sub spesies Bos premigenus dan Bos longifrons. Keturunan
tersebut merupakan hasil seleksi yang telah berabad- abad dilakukan terhadap
sifat- sifat tertentu, seperti warna, produksi susu, adaptasi terhadap iklim,
makanan dan sebagainya. Sehingga terbentuklah sapi- sapi perah unggul yang ada
sekarang. Bangsa- bangsa sapi perah tersebut mempunyai perbedaan karakteristik
satu sama lain.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sapi perah
mulai dari ciri- ciri atau tipi secara eksternal dan bangsa- bangsa sapi perah
sendiri.
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini untuk membahas
beberapa persoalan yang ada pada rumusan masalah diatas meliputi ciri- ciri
sapi perah secara eksternal dan bangsa- bangsa sapi perah itu sendiri.
2.1 Tipe Ternak Perah
Tipe Ternak perah yang ideal pada waktu dahulu
dikehendaki bentuk tubuh trapesium (atau segitiga atau melebar ke belakang di
mana bentuk tubuh bagian belakang melebar ke segala arah sehingga terdapat
kebebasan untuk pertumbuhan ambing).
Dari bentuk tubuh seperti terdapat beberapa bagian
tubuh perlu ditilik untuk tujuan dari pada kapasitas atau kemampuan produksi
susu yang optimum antara lain: dada/rusuk, rongga dada dan rongga perut, besar
ambing (puting, pembuluh darah yang datang dan meninggalkan ambing), mulut,
lebar pinggang dan sikap berdiri (kaki belakang).
a. Dada atau rusuk
Dada
harus lebar karena terdapat korelasi antara lingkar dada dan kapasitas
produksi. Lingkar dada yang besar (panjang) dengan bentuk lebar dada luas.
Rusuk kiri-kanan lebar serta luas jarak antara dua rusuk dada memungkinkan
bahwa rongga dada luas sehingga fisiologik organ dalam dada (paru-paru, hati,
dan sebagainya) dapat berfungsi baik. Pengambilan udara (bernapas) lebih baik.
Dengan demikian maka kebutuhan O2 untuk keperluan metabolisme tubuh
dapat lebih tercukupi, sehingga proses metabolisme/pembentukan air susu dalam
ambing dapat berlangsung dengan baik juga fisiologi, respirasi, dan digesti
baik pada sel maupun jaringan lebih baik.
b. Rongga Perut
us mammae dan papilla mammae; corpus
mammae terdiri dari jaringan parenchym yang berisi sel-sel yang membentuk air
susu. Parenchym ini terbunkus oleh suatu selubang yang bersifat fibro elastis
dan membentuk trabekulae di dalam corpus mammae, sehingga corpus mammae terbagi
menjadi lobus-lobus (lobi) dan lobulus-lobulus (lobuli). Di dalam lobuli ini
terdapat tubuli sekretoris dan alveoli.
Tubuli sekretori akan menuju ductus-ductus (ductuli) yang lebih besar.
Setiap lobus mempunyai sebuah ductus yang akan masuk ke dalam sinus lactiferus.
Sinus lactiferus merupakan ruangan yang besar untuk penampungan air susu. Air
susu akan keluar melalui ductus lactiferus yang terdapat di papila mammae.
Ductus lactiferus ini diselubungi oleh otot-otot polos yang membentuk
sphincter. Semakin banyak ambing memiliki sel sekretori makin tinggi pula air
susu yang diproduksi oleh ambing tersebut. Kuda mempunyai dua atau tiga ductuli
lactiferi yang redapat dalam sebuah papilla mammae. Sapi mempunyai satu ductus
lactiferus. Babi mempunyai dua ductuli lactiferi, sedang anjing mempunyai 6- 12
ductuli lactiferi.
c. Glandula Mammaria Sapi
Glandula
mammaria pada sapi sangat penting untuk menghasilkan air susu yang sangat
diperlukan baik untuk diminum sebagai susu segar atau hasil olahannya berupa
susu bubuk, keju, yoghurt dan lain- lain, sebab itu bentuk glandula mammaria
sangat penting artinya dalam pemilihan hewan yang banyak menghasilkan air susu.
Sapi mempunyai empat buah kelenjar yang masing- masing disebut Kuarter
(Quarter). Tiap- tiap kelenjar terbungkus oleh jaringan ikat fibro elastis
sehingga tidak terdapat hubungan antara quarter yang satu dengan yang lain.
Basis glandula
mammaria bertaut pada dinding ventral abdomen melalui ligamentum suspensarium
mammaricum yang bertaut ke symphisis pelvis bagian ventral melalui suatu tendo
subpelvina.
Tendo subpelvina
terdiri 4 lembaran, yaitu:
a)
2
lembaran yang terletak di median yang sangat subur, kedua lembar ini di median
bersatu membentuk septum yang membatasi kuarter- kuarter kiri dan kanan.
b)
2
lembar yang masing- masing terletak lateral dan akan terbagi 2 menjadi lembaran
yang supervisial dan profundal. Lembaran yang supervisial berjalan sebagai
fascia ke kulit medial dan paha.
Keterangan
gambar:
A.
Tipe
ambing ideal
B.
Puting
terlalu pendek
C.
Puting
terlalu panjang
D.
Puting
mempunyai perkembangan pada dasar puting (ambing) yang mana air susu dalam
ambing dan puting bercampur mempengaruhi jumlah air susu dalam pemerahan.
E.
Ambing
terpotong atau penyempitan antara bagian ambing belakang dan depan dan bagian
pantat tergantung lemak pada tubuh.
F.
Ambing
miring ke depan dengan kapasitas dari depan lebih lemah dengan bagian pantat.
G.
Ambing
terlalu kecil dan kapasitas produksi air susu hilang (kurang).
H.
Ambing
kehilangan kapasitasnya memproduksi air susu dan puting terlalu pendek.
I.
Puting
tidak memiliki pemisahnya.
J.
Ambing
pelekatan kurang baik (jelek sekali) pada bagian depan dan jelek sekali perkembangan
ambing pada bagian pantat.
K.
Ambing
berbentuk corong dan tergantung/ terjumbai.
L. Ambing miring ke depan.
Glandula Mammaria
Glandula Mammaria (glandula lactifera) adalah
kelenjar yang merupakan modifikasi dari kelenjar kulit. Tetapi karena fungsi secara
fisiologis sangat erat berhubungan dengan alat kelamin (terutama alat kelamin
betina).
Pada masa embryonal di sepanjang garis terpancang
titikyang akan menjadi puting susu (papilla mammae). Garis itu disebut “Milk
Line” atau “Pematang Susu”. Pada pertumbuhan selanjutnya beberapa titik akan
menghilang. Sedang sisanya akan tumbuh dengan subur tergantung pada hewannya.
Kuda mempunyai sepasang papilla mammae yang
terdapat di daerah prepubicum. Sapi mempunyai 2 pasang, babi 5- 6 pasang,
kambing/ domba mempunyai 4- 6 pasang. Pada kuda jantan glandula mammae tumbuh
sebagai putingyang rudimenter. Sedangkan lembaran profundal yang lebih tebal
menempel pada bagian yang konveks dari glandula mammaria sisi lateral. Beberapa
lamellae dilepaskan oleh lembaran profundal ini menembus dalam parenchym
glandula mammaria sehingga terbentuk trabeculae. Tiap- tiap papilla mammae
mempunyai sebuah ductus lactiferus distal sempit dan dikunci oleh otot licin
sphincter. Pembuluh darah untuk galndula mammaria sapi berasal dari arteri
pudenda eksterna dan arteri perinealis. Venanya membentuk lingkaran pada basis
korpus mammae dan dari lingkaran ini darah vena keluar melalui 3 buah trancus
yaitu:
1.
Subcutanea
abdominalis yang sangat subur berjalan di bawah kulit ventral abdomen.
2.
V.
Pudenda interna.
3.
V.
Perinealis
Glandula mammaria cukup banyak pembuluh lymphe
yang sebagian besar berpusat di lymphe glandula supra mammaria. Lymphe glandula
mammaria terdapat separang terletak di proksimal basis glandula mammaria.
Sistem Hormonal Mengontrol Ambing Sintesa dan Sekresi
Pada pertumbuhan hingga dewasa kelamin maka hormon
somatotrophic hormone bertanggung jawab terhadap pertumbuhan secara umum
(tulang dan jaringan otot) dan thyroxin yang dihasilkan oleh kelenjar thyroid
yang bertanggung jawab terhadap metabolisme secara umum. Di samping itu juga
hormon corticoid (adrenal) dari kelenjar akibat pengaruh ACTH yang mengatur
metabolisme mineral.
Setelah menginjak dewasa kelamin di mana kadar
hormon estrogen dan progresteron meningkat, maka pertumbuhan ambing menjadi
sangat nyata dengan berkembang terus ambing akibat berkembangnya saluran
(ductus) lactifera. Karena pengaruh estrogen dan alveol akibat pengaruh
progesteron.
Dengan bertambahnya umur dan siklus reproduksi
yang teratur maka sintesa air susu mulai terjadi di bawah pengaruh LTH dan
ACTH. Namun air susu yang terbentuk masih belum dikeluarkan dan disimpan dalam
alveol yang berupa milk globuler. Hal ini disebabkan karena pengaruh yang
mengontrol sekresi air susu belum cukup untuk mengontrol sekresi air susu
(kadarnya masih sedikit dan rangsangan tiak berjalan lama). Selam hewan bunting
maka hormon yang mempengaruhi sintesa air susu lebih berlangsung untuk
merangsang pertumbuhan ambing (STH, ACTH) thyroxin, dan LH-FSH Ratio dan
sintesa susu (LTH + ACTH) serta estrogen progesteron ratio menjadi kecil.
Semakin tua kebuntingan maka rangsangan terhadap
pertumbuhan/ perkembangan ambing dan sintesa air susu semakin sempurna.
Rangsangan pada puting ambing akan menyebabkan rangsangan terhadap hipothalamus
hipofise pars anterior oxytocyn- oto halus alveol- 2 ambing berkontaksi
sehingga air susu diperas keluar ke ductus cisterna ambing dan keluar. Kejadian
ini lebih nyata pada waku hewan telah melahirkan yaitu rangsangan pada puting
ambing (misal; penyusuan/ suckling oleh anaknya).
2.2 Bangsa Sapi Perah
1. Friessian
Holstein (FH)
Sapi FH merupakan
bangsa sapi perah yang tertua di dunia karena sejak 20 abad yang lalu di mas
Kerajaan Romawi, bangsa sapi ini sudah dijumpai keberadaannya. Bangsa sapi
perah ini disebut pula Fries Hollands di negeri Belanda. Bangsa sapi perah FH
pada awalnya tidak di seleksi ke arah kemampuan/ ketangguhannya untuk merumput
sehingga sukar beradaptasi dengan padang rumput yang kualitasnya jelek. Seleksi
terhadap bangsa sapi ini hanya ditujukan ke arah jumlah produksi susu yang
tinggi karena manfaatnya terhadap produksi keju.
Sapi FH mempunyai
warna yang sudah cukup terkenal yaitu belang- belang hitam dan putih, dengan
bagian kaki dan ujung ekor juga berwarna putih. Kepalanya panjang, sempit dan
lurus. Tanduknya relatif pendek dan melengkung ke arah depan. Sapi FH merupakan
bangsa sapi perah yang berbadan besar (large breeds). Rata- rata berat badan
induk sapi betina adalah 675 kg (570-730 kg) dan sapi jantannya mencapai berat
antara 900- 1100 kg. Berat badan maksimum yang dicapai setelah sapi tersebut
mencapai umur antara 6- 7 tahun. Demikian pula pedet yang dilahirkan dapat
mencapai berat lebih kurang 8% dari berat induknya, yaitu rata- rata kurang
lebih 42 kg (35-50 kg). Ukuran badan, kecepatan pertumbuhan dan karkasnya yang
bagus menyebabkan pedet FH jantan sangat disukai dan dipelihara untuk tujuan
produksi daging (sebagai sapi potong).
Sapi FH betina
mempunyai temperamen yang tenang dan jinak, namun sapi jantan-nya agak galak.
Bangsa sapi FH tidak begitu tahan terhadap lingkungan yang bertemperatur
tinggi. Pada suhu lingkungan sekitar 18,3 oC- 21,1 oC
produksi susu bangsa sapi ini masih dapat bertahan tinggi, namun bila suhu
lingkungan melampaui 26,6 oC (80 oF), maka produksi
susunya akan menurun.
Rata- rata
produksi susu bangsa sapi FH adalah yang tertinggi dibandingkan bangsa- bangsa
sapi perah lainnya, yaitu dapat mencapai 5750- 6250 kg/ tahun dengan presentase
kadar lemak yang rendah (yaitu 3,7%). Sifat yang demikian ini nampaknya lebih
cocok dengan kondisi pemasaran pada saat sekarang. Lemak susunya berwarba
kuning dengan butir- butinya yang kecil dan tidak merata sehingga sukar
pemisahannya untuk dibuat mentega. Akan tetapi kecilnya butir- butir lemak susu
tersebut sangat baik untuk dikonsumsi sebagai susu segar karna tidak mudah
pecah.
Dari segi sifat-
sifat reproduksi, sapi FH tergolong bangsa sapi perah yang masak kelaminnya
(sexual maturity) lambat. Sapi FH betina umumnya baru dapat dikawinkan pertama
kali pada umur 18 bulan, sehingga beranak pertama kali adalah pada umur 28- 30
bulan. Fungsi reproduksi sapi ini rata- rata baik, perentase kemandulan yang
rendah dan gangguan siklus reproduksi serta kesukaran melahirkan (partus)
jarang dijumpai.
Di Indonesia
populasi bangsa sapi FH mendominasi bangsa- bangsa sapi perah lainnya. Sebagai
hasil persilangannya antara sapi PFH (peranakan FH). Salah satu sapi PFH yang
terkenal adalah sapi Grati dan Pasuruan (Jawa Timur).
2.
Brown Swiss
Bangsa sapi perah
ini berasal sari Swiss dan dikembangkan di lereng- lereng pegunungan negara
tersebut. Lingkungan hidup di kaki- kaki gunung sampai lereng lereng yang
paling tinggi, melahirkan sifat- sifat sapi Brown Swiss yang tangguh dan
kemampuan merumput (grassing ability) sangat bagus.
Warna bulu bangsa
sapi ini bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat gelap/ hitam. Hidung,
tanduk dan bulu, dan ekor juga berwarna hitam. Ukuran badannya adalah besar,
induk sapi Brown Swiss mencapai berat badan 600- 700 kg (rata- rata 630 kg),
sedang yang jantan dapat mencapai 800- 1200 kg. Berat badan pedet yang
dilahirkan rata- rata adalah 40 kg (25- 50 kg). Ukuran badan yang besar dengan
lemak tubuh yang berwarna putih dan kualitas dagingnya yang sangat bagus,
menyebabkan bangsa sapi ini disukai pula sebagai ternak potong penghasil
daging.
Brown Swiss
tercatat sebagai bangsa sapi perah yang bertemperamen tenan dan mudah
dikendalikan/ dipelihara. Ketahanannya terhadap temperatur lingkungan sama
dengan bangsa sapi FH. Demikian pula sifat- sifat reproduksinya yang menyangkut
tentang sexual maturity juga sama dengan bangsa sapi FH yaitu tergolong lambat.
Rata- rata produksi susu bangsa sapi perah
ini tergolong tinggi, meski masih berada di bawah produksi bangsa sapi FH,
yaitu berkisar antara 5000- 5500 kg/ tahun, dengan rata- rata persentase kadar
lemak sebesar 4,0%. Sapi perah Brown Swiss dikembangkan terutama untuk tujuan
produksi keju.
3.
Ayrshire
Bangsa sapi perah
Ayrshire berasal dari daerah Ayr, yaitu bagian barat daya Skotlandia. Daerah
ini beriklim dingin dan lembab, padang rumputnya relatif tidak banyak tersedia
dan tidak begitu subur. Namun bangsa sapi ini sangat pandai merumput karena
telah terseleksi secara alamiah terhadap ketahanan dan kemampuannya untuk
merumput di padang rumput yang tidak subur sekalpiun.
Pola warna bangsa
sapi perah ini sangat bagus, bervariasi dari merah putih sampai warna mahoni
dan putih. Ayrshire termasuk bangsa sapi tipe perah yang sangat bagus karena
gaya penampilan, simetri, dan perlekatan ambingnya yang mantap. Rata- rata
berat badannya di bawah bangsa sapi FH maupun Brwn Swiss, yaitu kurang lebih
540 kg pada yang betina dewasa dan pada sapi jantannya berkisar antara 750-
1.000 kg. Pedet yang dilahirkan mempunyai rata- rata berat badan 35 kg. Dari
segi reproduksi, masak kelamin bangsa sapi ini adalah sedang/ medium.
Produksi susu/
tahun dari bangsa sapi Ayrshire rata- rata mencapai 5.000 kg dengan kandungan
lemak susu sebesar 4,0 %. Sapi ini mempunyai temperamen yang sangat aktif dan
agak pencemas/ nervous. Dari segi produksi daging dan pedet yang dihasilkan,
bangsa sapi ini termasuk dalam peringkat “sedang”.
4.
Guernsey
Bangsa sapi perah
Guernsey berasal dan dikembangkan di pulau Guernsey, salah satu dari pulau-
pulau yang terletak di selat antara Inggris dan Perancis. Pulau tersebut
dikenal karena padang rumputnya yang bagus sehingga pada awal- awal seleksinya,
sifat- sifat dan kemampuannya merumput bangsa sapi ini bukan hal yang penting
untuk terlalu diperhatikan.
Bangsa sapi ini
mempunyai warna coklat muda dengan totol- totol putih yang tampak jelas.
Guernsey mudah pemeliharaanya karena sangat jinak dan bertemperamen tenang.
Rata- rata berat badannya di bawah sapi Ayrshire, yaitu lebih kurang 500 kg
(berkisar 400- 600 kg) pada yang betina dewasa dan 850 kg pada yang jantan.
Karena lemak badannya yang berwarna kuning dan ukuran tubuhnya yang terlalu
kecil, bangsa sapi ini tidak disukai untuk produksi pedet yang akan dipanggang
(veal). Rata- rata berat badan pedet yang dilahirkan adalah 35 kg. Masak
kelamin bangsa sapi ini tergolong cepat/ dini dan dapa dikawinkan pertama kali
pada umur 15-16 bulan, sehingga dapat beranak pertama kali pada umur 26- 28
bulan.
Rata- rata
produksi susunya adalah 4.500 kg/ tahun dengan kandungan lemak susu sebesar
4,7%. Guernsey terkenal karena susunya yang berwarna kuning, yang mencerminkan
kadar protein yang cukup tinggi. Di samping itu, kadar bahan padat lainnya juga
cukup tinggi.
5.
Jersey
Bangsa sapi perah
Jersey dikembangkan di pulau Jersey yang letaknya berdekatan dengan pulau
Guernsey. Pulau Jersy juga memiliki padat rumput yang bagus sehingga seleksi
bangsa sapi perah ini ke arah kemampuan merumputnya tidak menjadi perhatian
yang pokok. Sapi Jersey dikembangkan untuk tujuan produksi lemak susu yang
banyak digunakan umtuk pembuatan mentega, suatu produk susu yang merupakan
hasil utama dari pulau Jersey. Bangasa sapi Jersey sangat terkenal
keseragamannya katena dalam perkembangannya hanya sapi- sapi yang bagus saja
yang tetap dipelihara.
Sapi perah Jersey
memiliki warna coklat tua dengan atau tanpa warna putih dengan ciri khas
meoncongnya berwarna hitam. Bulu ekor juga berwarna hitam, Sifat sapi ini agak
pencemas (agak nervous) dan cepat bereaksi terhadap pengaruh luar. Kemampuan
merumputnya bagus sehingga sapi perah ini dapat beradaptasi dengan padang rumput
yang kurang bagus. Sapi Jersey termasuk bangsa sapi perah yang paling kecil.
Berat sapi betina dewaa lebih kurang 450 kg (berkisar 400- 500 kg), sedangkan
yang jantan memiliki berat antara 600- 800 kg. Dari segi masak kelamin, sapi
ini tergolong cepat (masak dini) sehingga pada umur 24-26 bulan sudah dapat
melahirkan pedet yang pertama. Rata- rata berat pedet yang baru lahir adalah 27
kg. Seperti halnya dengan sapi Guernsey, nilai daging bangsa sapi ini jelek
sehingga tidak disukai untuk tujuan produksi daging atau pedet yang akan
dipotong.
Rata- rata
produksi susunya pun paling rendah di antara bangsa- bangsa sapi perah yang
lain, yaitu lebih kurang 4.000 kg/tahun. Susu sapi Jersey yang berwarna kuning
(karena kandungan karoten yang tinggi), memiliki persentase kadar lemak dan
bahan padat yang tinggi.
6.
Milking Shorthorn
Sapi perah Milkinh
Shorthorn berasal dari wilayah Derham, Yorkshire, dan Northumberland di lembah
Sungai Thames, yaitu bagian timur laut Inggris. Bangsa sapi ini pada mulanya
dikenal sebagai sapi tipe dwiguna (dual purpose) yaitu sapi yang selain dapat
menghasilkan susu dalam jumlah yang cukup besar, juga cepat dan mudah
digemukkan. Namun demikian, pada tahun 1969 peternak pembibit di Amerika
Serikat mulai menjadikan sapi Shorthorn hanya sebagai sapi perah.
Milking Shorthorn
mempunyai warna yang bervariasi dari hampir putih sampai seluruhnya merah,
maupun berwarna campuran merah dan putih (roam). Warna roam sangat disukai oleh
peternak di Amerika Serikat. Sesuai dengan namanya bangsa sapi perah ini
ditandai dengan tanduk yang pendek.
Rata- rata
produksi susu Milking Shorthorn 4.717 kg/ laktasi dengan kadar lemak 3,66% atau
produksi lemak yang dihasilkan adalah sebesar 173 kg. Selama laktasi bangsa
sapi ini tampak kurus, namun cepat menjadi gemuk setelah dilakukan pengeringan
(drying off). Pedet sapi Milking Shorthorn mempunyai kualitas daging yang
bagus.
7.
Australian Illawara Shorthorn (AIS)
Sapi AIS ini
dibentuk sekitar 100 taun yang lampau di daerah Illawara, new South Wales dari
beberapa seri persilangan. Dalam pembentukannya, digunakan pula sapi Ayrshire
dan Devon. Seleksi terutama ditekankan pada tipe standar, konformasi bentuk dan
produksi susunya.
Warna yang dominan
pada sapi perah AIS adalah merah tua sampai muda. Berat dewasanya berkisar
antara 500- 600 kg pada yang betina dan 800 kg untuk yang jantan. Sapi ini
mempunyai temperamen baik. Produksi susunya kurang persisten, dengan rerata
produksi susu 3.524 liter dan 140 kg lemak/ tahun.
8.
Australian Milking Zebu (AMZ)
Sapi AMZ merupakan
bangsa baru sapi perah yang merupakan hasil kawin silang antara sapi Sahiwal,
red Sindhi dan sapi Jersey yang dibentuk melalui tiga tahap seleksi sebagai
berikut:
a. Pejantan Sahiwal dan red Sindhi dalam
tahun 1952 disilangkan dengan betina Jersey di McMaster Field Station, New
South Wales. Persilangan dilakukan sampai beberapa generasi untuk menghasilkan
silangan pertamanya (F1). Hasil silangan ini kemudian diseleksi terhadap
produksi susunya. Anak jantan dari keturunan hasil seleksi tersebut kemudian
dipilih dengan jalan Uji Zuriat (Progeny Testing).
b. Tahap kedua dari program in adalah
mengawinkan pejantan yang sudah dipilih berdasarkan Uji Zuriat dengan betina
yang telah terseleksi. Maksud dari tahap ini adalah menghasilkan paling tidak 6
pejantan terbaik setiap tahunnya.
c. Pada tahap ketiga ini hanya anak jantan
yang dihasilkan dari perkawinan pejantan terpilih dari Uji Zuriat dengan induk
yang terpilih berdasarkan produksi susunya dimasukkan ke dalam program Uji
Zuriat selanjutnya.
Sapi perah AMZ mengandung darah sapi Zebu berkisar antara 20%- 40% dan
Jersey antara 60%- 80%. Warna sapi ini bermacam- macam, tetapi warna kuning-
coklat keemasan adalah yang terbanyak. Sapi AMZ mempunyai resisten baik, dan
dapat mencerna hijauan lebih baik. Berat
AMZ betina dewasa berkisar antara 350- 400 kg, sedangkan yang jantan
500- 550 kg. Kualitas karkasnya memenuhi persyaratan sebagai sapi potong.
Produksi susunya 4.150 kg selama 300 hari laktasi dan produksi lemaknya 197 kg.
9.
Australian Friessian Sahiwal (AFS)
Pembentukan AFS dilakukan
oleh Depatement of Primary Industries di Queensland pada tahun 1960. Sapi
betina FH, Jersey, dan AIS disilangkan dengan sapi jantan Sahiwal. Ternyata
dari hasil seleksi, hanya persilangan antara Jersey dan FH saja yang kemudian terpilih. Darah Friesian dimaksud
untuk produksi susunya, sedangkan Sahiwal untuk ketahanannya terhadap caplak.
Sebagian besar
warna AFS adalah hitam, coklat tua dan merah. Berat dewasa 580 kg pada betina
dan 650 kg pada yang jantan. Sapi ini dikenal tahan terhadap caplak. Produksi
susunya 4.159 kg selama 300 hari laktasi dengan kadar lemak 4,09%, SNF 8,70%.
10. Jamaica
Hope
Sapi ini
dikembangkan sejak tahun 1910 di Hope (Jamaica) atas dasar persilangan antara
sapi jantan Sahiwal dengan unduk Jersey. Komposisi darah sapi Jamaica Hope
tidak diketahui dengan pasti, tetapi diduga sapi Jamaica Hope mengandung 75%
darah Jersey, 20% darah Sahiwal dan 5% darah sapi Creole.
Sapi Jamaica Hope dikembangkan sebagai
sapi perah daerah tropis yang lembab. Bangsa sapi ini telah banyak diimpor oleh
negara- negara Amerika Tengah dan Selatan.
11. Taurindicus
Nama Taurinducus
sebetulnya adalah nama dagang dari sapi hasil persilangan dari jantan Sahiwal
dengan Friesian yang diberikan oleh New Zealand Agriculture Exports Ltd. Jadi,
Taurindicus tidak lain adalah sapi perah AFS di Australia. Oleh perusahaan
tersebut dibedakan menurut komposisi darahnya menjadi Taurindicus-75,
taurindicus-60, Taurindicus-50, Turindicus-40 dan taurindicus-25 yang masing-
masing mengandung darah Sahiwal sebesar 75%, 62,5%, 50%, 37,5% dan 25%.
Taurindicus mempunyai
masa laktasi yang pendek. Di New Zealand, produksi susu laktasi I sebesar 1.546
kg/ 226 hari, laktasi II sebesar 5.100 kg/260 hari, dan laktasi III sebesar
4757 kg/ 252 hari. Di Sabah, produksinys 970 kg/120 hari, sedangkan di
Semenanjung Malasyia dilaporkan berproduksi sebesar 1.445 kg/tahun. Indonesia
dalam tahun 1988 telah pula mengimpor sapi ini.
12. Red
Sindhi
Bangsa sapi ini
berasal dari Karachi dan Heyderabad (Pakistan) dan sudah tersebar di beberapa
negara seperti: Myanmar, Srilangka, Brasilia, Kuba dan Amerika bagian selatan.
Red Sindhi sangat mudah beradaptasi di daerah dengan berbagai keadaan tanah dan
iklim, terutama daerah iklim tropis.
Bangsa sapi Red Sindhi
umumnya ditandai dengan warna kuning keabu- abuan sampai merah tua atau coklat
gelap. Pada yang jantan ada warna gelap pada bagian bahu dan paha, gelambir dan
preputiumnya menggantung. Dahinya cukup luas, mulut dan hidung yang besra.
Lehernya pendek tetapi tebal, pinggang dan punggung panjangnya sedang. Sapi ini
mempunyai tanduk yang tebal dan melengkung ke atas depan dan kelasa yang
besarnya sedang. Ukuran badan sapi ini lebih kecil dibandingkan dengan sapi
Zebu lainnya, namun dengan bentuk yang proporsional. Red Shindhi betina dewasa
mempunyai berat badan antara 300-350 kg, sedangkan yang jantan berkisar antara
450-500 kg. Sifat reproduksinya menunjukkan bahwa dewasa kelamin sapi Red
Sindhi tergolong lambat. Pedet betina yang baru lahir mempunyai berat badan
antara 18- 20 kg, sedangkan berat badan pedet jantan antara 21- 24 kg.
Ambingnya tumbuh dengan baik dan mempunyai
bentuk yang bagus, dengan puting yang besar dan panjang. Rata- rata produksi
sususnya dalam satu periode laktasi mencapai 1.800- 2.000 liter dengan
persentase kandungan lemak sebesar 4,5- 4,7%.
Di Australia persilangan antara sapi Red
Sindhi dengan sapi Hereford-Shorthorn, menghasilkan silangan yang baik untuk
produksi daging.
13. Sahiwal
Bangsa sapi perah
ini berasal dari Punjab, Pakistan. Pada umumnya warna kelanu kemerah- merahan
sampai coklat dan kadang- kadang dijumpai bercak- bercak putih. Sahiwal
termasuk bagsa sapi Zebu tipe berat, mempunyai ukuran yang besar dan simetris,
dengan kaki yang pendek dan relatif berat, serta ambing yang juga besar dengan
puting yang berbentuk seperti botol. Lehernya pendek dan ramping dengan
kelasa pada jantan sering menggantung ke
satu sisi, bergelambir besar dan bergantung dengan baik. Umumnya bentuk
badannya panjang, jarak antara punggung dan dada lebar (mempunyai dada yang
dalam). Sahiwal betina dewasa mencapai berat antara 400-500 kg, sedangkan yang
jantan dewasa dapat mencapai berat badan antara 450-600 kg.
Sapi Sahiwal
banyak diimpor oleh negara- negara lain. Di Jamika, sapi Sahiwal telah
disilangkan dengan sapi Jersey yang kemudian mencapai sapi Jamaica Hope. Di
Australia, sapi ini memegang peranan penting dalam pembentukan bangsa sapi
perah baru, yaitu sapi Australian Milking Zebu dan sapi Australian Friesian
Sahiwal.
Sahiwal merupakan sapi perah daerah tropis
yang mempunyai produktivitas tertinggi dibandingkan sapi perah daerah tropis
lainnya. Produksi susu sapi perah Sahiwal mencapai 2.500- 3.000 liter dalam
satu periode laktasi. Bahkan pada sapi Sahiwal yang terseleksi dengan baik
dapat mencapai 4.100 kg/ laktasi atau 13,5 kg/ekor/laktasi dengan persentase
kadar lemak susu 3,7%.
Dengan demikian
dapat dibandingkan bahwa tiap bangsa sapi perah memiliki perbedaa dan
karakteristik seperti pada tabel berikut:
Tabel Karakteristik bangsa- bangsa sapi perah
Karakteristik
|
FH
|
B. Swiss
|
Ayrshire
|
Guernsey
|
Jersey
|
a.
Berat induk
|
675
|
630
|
540
|
500
|
450
|
b.
Berat Lahir
|
42
|
40
|
35
|
35
|
27
|
c.
Warna
|
Hitam
putih
|
Coklat
|
Merah
putih
|
Coklat
putih
|
Coklat
sdng/tanpa putih
|
d.
Temperamen
|
Tenang
|
Tenang
|
Nervous
|
Tenang
|
Agak
nervous
|
e.
Kemampuan merumput
|
Sedang
|
Sangat
bagus
|
Sangat
bagus
|
Sangat
bagus
|
Bagus
|
f.
Masak kelamin
|
Lambat
|
Lambat
|
Medium
|
Cepat
|
Cepat
|
g.
Rata- rata produksi susu
(kg/th)
|
5750-6250
|
5000-5500
|
5000
|
4500
|
4000
|
h.
%-ase lemak susu
|
3,7
|
4,0
|
4,0
|
4,7
|
5,0
|
i.
%-ase SNF
|
8,5
|
9,2
|
9,0
|
9,5
|
9,5
|
j.
Nilai daging
|
Sangat
bagus
|
Sangat
bagus
|
Bagus
|
Jelek
|
Jelek
|
Sumber: Blakely dan Bade, 1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar