Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah.
Dengan posisinya yang berada di garis katulistiwa, matahari yang bersinar
sepanjang tahun dan luas daratan 1.919.440 km² yang membentang pada 17.508
pulau kecil hingga besar, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan hewani.
Bahkan banyak flora dan fauna tertentu yang hanya terdapat di wilayah
Indonesia.
Bangsa- bangsa yang bertipe
dwiguna (daging dan kerja) sebagai contohnya yakni sapi Bali dan Madura.
Pengertian dari dwiguna yakni bahwa sapi ini apat dimanfaatkan dari segi
tubuhnya yaitu daging dan dari segi sosial dapat dimanfaatkan untuk membantu
manusia dalam menyelesaikan pekerjaannnya.
Sapi pedaging identik dengan
tubuh yang besar, tangguh dan juga kuat. Kelebihan- kelebihan itu disebabkan karena
dia memiliki daging yang banyak dan daging yang dimilikinya berkualitas baik dan
di pasarkan dengan harga yang tidak murah sehingga mendapatkan keuntungan yang
tidak sedikit pula. Tipe sapi ini memang benar- benar dimanfaatkan untuk
diambil dagingnya.
Sapi kerja dalam hal ini
sering dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan para petani atau
pekerja contohnya untuk membajak sawah, ataupun tugas membawa gerobak di
pedesaan. Ciri fisik dari sapi kerja yaitu badan tidak terlalu besar namun ada
juga yang tipenya badan besar. Yang penting memiliki otot yang baik, kuat dan
tangguh.
Sejatinya semua jenis ras
sapi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang perlu
diperhatikan adalah nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut
baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya, dan waktu tepat
penjualannya. Untuk penambahan berat harian jenis sapi limosin mampu mencapai
1,3 – 2 Kg/hari. Namun, yang terpenting adalah penampakan fisik sapi terlihat
bagus dan sehat. Berikut jenis-jenis sapi yang dapat diternakan sebagai
penghasil daging.
Sapi Dwiguna dalam
kehidupannya memiliki banyak manfaat dan kegunaan dalam kehidupan sehari- hari.
Dalam hal ini sapi dwi guna dimanfaatkan dagingnya dan dimanfaatkan pula untuk
kerja. Contoh dari sapi dwi guna adalah sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi
Shorthorn.
1. Sapi Shorthorn
Bangsa sapi ini berasal dari Inggris, bangsa sapi tertua dan terbentuk di
Inggris bagian timur laut di lembah Sungai Thames. Nenek moyang sapi ini adalah
bos (Taurus) Typicus Premigenius. Sapi shorthorn
merupakan jenis sapi dwi guna karena menghasilkan daging dan produksi susunya
tinggi.
Tubuh dari shorthorn berwarna merah bata sampai putih atau dawuk merah (roan). Bangsa sapi ini ada yang bertanduk dan tidak bertanduk (polled shorthorn).
Ciri cirinya adalah:
- Kepalanya pendek dan lebar
- Tanduknya pendek mengarah ke samping dan ujungnya mengarah ke depan
- Lehernya pendek dan besar
- Bidang dada samping dan dada rata
- Bahunya lebar, berdaging tebal dan kuat, rusuknya melengkung lebar
- Garis punggungnya lurus dan sampai pangkal ekor, pinggang lebar
- Tubuhnya besar, badan samping rata
- arnanya merah tua sampai putih
- Bobot badan ideal jantan 955 kg, berat pada saat lahir 34 kg
- Kadar lemak susunya 3,65%
- Produksi susunya 5.126 kg per laktasi
Tingkat kesuburannya tinggi dengan sifat keindukan yang bagus.
Tempramennya baik dan memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat. Sapi shorthorn sanggup
beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda-beda. Sapi jenis ini sering kali
disilangkan dengan jenis sapi brahman
dan hereford.
2. Sapi Bali
Sapi Bali
merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari
banteng (Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik, hingga saat ini
masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman
Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku
bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.
Ciri Fisik Sapi Bali:
Sapi Bali berukuran
sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya
berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam.
Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih
juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna
putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu
ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga
pangkal ekor. Karakteristik Sapi Bali
yang lain yaitu : warna bulu pada waktu pedet berwarna sawo matang dan
kemerahan, sedang pada sapi betina tidak berubah warnanya dan jantan dewasa
menjadi berwarna hitam; berat badan untuk jantan 450 kg, sedang pada sapi
betina 350 kg; bertanduk ;mempunyai bercak putih pada pantat (bentuk setengah
lingkaran); bibir bawah tepi dan bagian dalam telinga serta keempat kakinya
mulai dari tarsus dan carpus ke bawah sampai kuku berwarna putih dan pada
pinggiran punggung terdapat garis hitam (Murtidjo, 1992)
Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali
betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi
coklat tua atau hitam legam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin. Warna
hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata apabila sapi itu
dikebiri.
Sapi Bali merupakan sapi keturunan Bos sondaicus (Bos Banteng) yang
berhasil dijinakkan dan mengalami perkembangan pesat di Pulau Bali. Sapi Bali
asli mempunyai bentuk dan karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali termasuk
sapi dwiguna (kerja dan potong).
Sapi Bali
mempunyai banyak keunggulan seperti :
1.
Subur (cepat berkembang biak/ fertilitas tinggi)
2.
Mudah beradaptasi dengan lingkungannya,
3.
Dapat hidup di lahan kritis.
4.
Mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan.
5.
Persentase karkas yang tinggi.
6.
Harga yang stabil dan bahkan setiap tahunnya cenderung
meningkat.
7.
Khusus sapi bali Nusa Penida, selain bebas empat macam penyakit,
yaitu jembrana,
penyakit
mulut dan kuku, antraks, serta MCF (Malignant Catarrhal
Fever). Sapi Nusa Penida juga dapat menghasilkan vaksin penyakit
jembrana.
8.
Kandungan lemak karkas rendah.
9.
Keempukan daging tidak kalah dengan daging impor.
Dari berbagai kelebihan tersebut, Sapi Bali juga memiliki
beberapa kelemahan, diantaranya :
- Mudah terserang virus Jembrana yang menyebar melalui media “lalat”.
- Rentan terhadap Malignant Catarrhal Fever ,jika berdekatan dengan domba.
Untuk menuju ke kantor Proyek Pengembangan dan Pembibitan Sapi Bali, kami
harus berjalan kaki sejauh satu setengah kilo melewati sebuah padang rumput
tempat sapi Bali dilepaskan secara bebas. Jalan setapak tersebut masih berupa
batu-batuan yang tidak rata sehingga tidak memungkinkan kendaraan biasa dapat
melewati jalan seperti itu kecuali kendaraan off road. Namun perjalanan ini
merupakan suatu keunikannya, kita dapat memandang hamparan tanah yang luas yang
berisikan plasma nutfah Sapi Bali.
Sapi Bali mempunyai sapi yang memiliki banyak sifat unggul diantaranya
reproduksi sangat baik, cepat beranak, mudah beradaptasi dengan lingkungannya,
tahan terhadap penyakit, dapat hidup di lahan kritis, memiliki daya cerna yang
baik terhadap pakan dan persentase karkas yang tinggi. Tidak heran bila Sapi
Bali merupakan jenis sapi terbaik diantara sapi-sapi yang ada di dunia. Antara sapi jantan dengan sapi betina
terdapat perbedaan yang cukup mencolok, salah satunya adalah warna kulit.
Inilah salah satu keunikan yang dimiliki Sapi Bali daripada sapi komersial yang
dijual di pasar hewan.
Sapi Bali
dalam Kehidupan Petani Bali
Sapi Bali merupakan hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat petani di Bali.
a.
Sapi Bali sebagai tenaga kerja
pertanian
Sapi Bali sudah dipelihara secara turun menurun oleh masyarakat petani
Bali sejak zaman dahulu. Petani memeliharanya untuk membajak sawah dan tegalan,
untuk menghasilkan pupuk kandang yang berguna untuk mengembalikan kesuburan
tanah pertanian.
b.
Sapi Bali sebagai sumber
pendapatan
Sapi Bali mempunyai sifat subur, cepat beranak, mudah beradaptasi
dengan lingkungannya, dapat hidup di lahan kritis, dan mempunyai daya cerna
yang baik terhadap pakan. Keunggulan lain yang sudah dikenal masyarakat adalah
persentase karkas yang tinggi, juga mempunyai harga yang stabil dan bahkan
setiap tahunnya cenderung meningkat membuat sapi Bali menjadi sumber pendapatan
yang diandalkan oleh petani.
c.
Sapi Bali sebagai sarana upacara
keagamaan
Dalam agama Hindu, sapi dipakai dalam upacara butha yadnya sebagai
caru, yaitu hewan korban yang mengandung makna pembersihan. Demikian juga umat
Muslim juga membutuhkan sapi untuk hewan Qurban pada hari raya Idhul Adha.
d.
Sapi bali sebagai
hiburan dan obyek pariwisata
Sapi Bali
juga dapat dipakai dalam sebuah atraksi yang unik dan menarik. Atraksi tersebut
bahkan mampu menarik minat wisatawan manca negara untuk menonton. Atraksi
tersebut adalah megembeng ( di kabupaten Jembrana) dan gerumbungan (di
kabupaten Buleleng).
3. Sapi Madura
Sapi Madura
adalah bangsa sapi potong lokal asli Indonesia yang terbentuk dari persilangan
antara banteng dengan Bos indicus atau sapi Zebu (Hardjosubroto dan
Astuti, 1994), yang secara genetik memiliki sifat toleran terhadap iklim panas
dan lingkungan marginal serta tahan terhadap serangan caplak (Anonimus, 1987). Sapi
Madura sebagai salah satu sapi lokal Indonesia mempunyai potensi sangat besar
untuk dapat dikembangkan, namun sangat rawan pula terajadi kepunahan. Beberapa
keunggulan juga dimiliki, seperti daya tahan tinggi terhadap stress lingkungan
dan penyakit, tingkat kesuburan tinggi, kemampuan adaptasi tinggi terhadap
kualitas pakan yang rendah, serta kebutuhan pakan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan sapi impor.
Karakteristik sapi Madura
sudah sangat seragam, yaitu bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu
berwarna merah bata agak kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam
berwarna putih dengan peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan
jantannya bergumba.
Ciri-ciri umum
fisik Sapi Madura adalah sbb: :
- Baik jantan ataupun betina sama-sama berwarna merah bata.
- Paha belakang berwarna putih.
- Kaki depan berwarna merah muda.
- Tanduk pendek beragam. Pada betina kecil dan pendek berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm.
- Panjang badan mirip Sapi Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.
Secara umum, Sapi Madura memiliki beberapa keunggulan seperti :
·
Mudah dipelihara.
- Mudah berbiak dimana
saja.
- Tahan terhadap berbagai penyakit.
- Tahan terhadap pakan kualitas rendah.
Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, Sapi Madura
banyak diminati oleh para peternak bahkan para peneliti dari Negara lain.
Sudah banyak Sapi Madura dikirim ke daerah lain, apabila tidak
diperhitungkan dengan baik, bisa jadi populasi Sapi Madura di pulau Madura akan terkuras serta
mengancam kemurnian ras-nya.
Sapi dalam
kehidupan masyarakat Madura, memang mempunyai tempat yang khusus. Jasanya
terhadap para petani tidak dapat dipandang sebelah mata. Tanah pertanian yang
tandus tetap dapat ditanami dengan bantuan Sapi. Alat transportasi yang sulit
didapat dipedalaman Madura juga dapat teratasi dengan tenaga sapi yang di
padukan dengan pedati, yang di sebut dengan “Sapi Pajikaran”.
Bukan hanya mempunyai tempat khusus di kehidupan para petani di Madura, Sapi Madura juga membawa pengaruh terhadap tradisi
budaya yang memberikan efek positip terhadap kelestarian Sapi Madura
ini. Sapi
Madura berjenis kelamin jantan, dimanfaatkan sebagai “Sapi
Kerapan”, sebagai bagian dari budaya tradisi pertanian ,yang
nantinya menjadi salah satu aset pariwisata yang penting di tanah Madura.
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang, Prof Dr Ir
Hartutuik MP di Kantor Balitbang Jatim, Rabu (15/7) menjelaskan, sapi Madura
memang berpotensi baik dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan, seperti
instruksi Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo beberapa saat lalu.
Namun, dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan pihaknya dapat
disimpulkan bahwa ada kecenderungan terjadi penurunan genetik sapi lokal
Indonesia. Selain itu, populasi pertumbuhan sapi juga mengalami penurunan
(populasi negatif) kurang lebih 12,3 persen. Penurunan kualitas bibit yang
meliputi penurunan sifat produksi dan reproduksi tersebut juga terjadi pada
sapi Madura.“Penyebab dasar atas penurunan tersebut bisa diakibatkan karena
rendahnya mutu bibit, adanya tren penurunan pertumbuhan sapi potong disinyalir
akan dapat mengakibatkan kepunahan apabila fenomena ini terus berlangsung,”
ungkapnya.
Menurutnya, atas kebijakan gubernur untuk menetapkan Pulau Madura sebagai
sentra ternak sapi, diharapkan mampu menyentuh persoalan mutu bibit sapi Madura
dan untuk menjaga kemurnian plasma nutfah Indonesia.Ia menuturkan, beberapa
faktor pendorong dan hambatan keberhasilan program tersebut perlu dikaji secara
mendalam. Sehingga, peningkatan mutu genetic sapi Madura yang meliputi
peningkatan produktivitas dan populasi sapi Madura dapat terwujud.Dari data
Dinas Peternakan Jatim pada 2008 diketahui, populasi sapi Madura di empat
kabupaten di Madura sebanyak 601.795 ekor yang tersebar di empat kabupaten.
Seperti d Bangkalan terdapat 142.567 ekor, Sampang 123.438 ekor, Pamekasan
97.899 ekor, dan Sumenep 237.891 ekor. Dari total tersebut, sapi Madura
memberikan kontribusi sebesar 20 persen pada terhadap sapi potong di
Jatim.Ketua Dewan pakar Jatim, Daniel Rosyid menambahkan, pengembangan
peternakan sapi di Madura cukup potensial. Namun, ia lebih berharap
pengembangannya nanti dapat dikembangkan pada sektor pariwisata.“Sapi Madura
merupakan aset plasma nutfah asli yang harus tetap dilestarikan.
Untuk itu, jangan sampai nanti jika peternakannya dikembangkan melalui
persilangan dengan sapi impor dapat menghilangkan identitas sapi Madura,”
ungkapnya.Ia menuturkan, jika saat ini populasinya berkurang, maka memang perlu
dibudidayakan lebih intensif. Sehingga, melalui bentuk sapi Madura yang memilki
khas bentuk dan ukuran dapat menjadi ikon. Bentuknya yang tidak terlalu gemuk
jangan dipaksakan untuk digemukkan, karena itu adalah bentuk asli yang harusnya
dipertahankan. “Melalui ikon tersebut, pengembangan
pariwisatanya dapat dilakukan, misalnya melalui pertunjukan tradisi karapan
sapi, hingga sajian kuliner khas daging sapi Madura yang dapat dinikmati
wisatawan yang datang ke Madura,” tuturnya.Ia pun memprediksi, jika proses
pengembangan kawasan peternakan sapi dengan mempertahankan genetik asli sapi
Madura, dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan dapat menjadi aset baru untuk
meningklatkan taraf hidup masyarakat Madura.
Bangsa sapi Shorthorn merupakan
jenis sapi dwi guna karena menghasilkan daging dan produksi susunya tinggi. Tubuh dari shorthorn berwarna merah bata
sampai putih atau dawuk merah (roan). Bangsa sapi ini ada yang
bertanduk dan tidak bertanduk (polled shorthorn). Ciri cirinya adalah: Kepalanya
pendek dan lebar, Tanduknya
pendek mengarah ke samping dan ujungnya mengarah ke depan, Lehernya pendek dan besar, Bidang dada samping dan dada rata, Bahunya lebar, berdaging tebal
dan kuat, rusuknya melengkung lebar,
Garis punggungnya lurus dan sampai pangkal ekor, pinggang lebar, Tubuhnya besar, badan samping
rata, Warnanya merah tua
sampai putih, Bobot badan
ideal jantan 955 kg, berat pada saat lahir 34 kg , Kadar lemak susunya 3,65%, Produksi
susunya 5.126 kg per laktasi.
Sapi Bali berukuran
sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya
berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam.
Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih
juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna
putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu
ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga
pangkal ekor.
Sapi Madura karakteristiknya sudah sangat seragam, yaitu
bentuk tubuhnya kecil, kaki pendek dan kuat, bulu berwarna merah bata agak
kekuningan tetapi bagian perut dan paha sebelah dalam berwarna putih dengan
peralihan yang kurang jelas ; bertanduk khas dan jantannya bergumba. Ciri-ciri umum fisik Sapi Madura adalah
sbb: Baik jantan
ataupun betina
sama-sama berwarna
merah bata, Paha belakang berwarna putih, Kaki depan berwarna merah
muda, Tanduk pendek beragam pada betina kecil dan pendek
berukuran 10 cm, sedangkanpada jantannya berukuran 15-20 cm, Panjang badan mirip Sapi
Bali tetapi memiliki punuk walaupun berukuran kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar