Tingkat kecernaan,
konsumsi dan efisiensi penggunaan nutrisi bahan pakan asal limbah atau hasil
sisa tanaman dipengaruhi oleh tingkat kandungan berbagai senyawa kimiawi yang
bersifat penghambat (inhibitor). Pada bahan pakan asal tanaman pangan faktor
penghambat didominasi oleh kelompok senyawa fenolik polimer seprti lignin yang
terdapat di dalam dinding sel. Dinding sel merupakan fraksi jaringan terbesar
yaitu berkisar antara 69% pada jerami kacang tanah dan 82% pada jerami sorghum.
Pada jaringan dinding sel tanaman senyawa lignin membentuk ikatan dengan
karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) menjadi senyawa komplek yang tidak
mudah dicerna. Senyawa lain yang menjadi penghambat adalah kutin, karena
mempersulit penetrasi dan kolonisasi oleh mikrobia rumen yang berakibat pada
semakin lambatnya proses fermentasi. Pada fraksi daun ubu kayu, kandungan
sianida dapat mencapai 175 ppm, namun sangat dipengaruhi oleh varietas.
Kebanyakan senyawa sianida (90%) terdapat dalam bentuk terikat sebagai sianida
glukosida (linamarin), sedangkan sisanya sebagai asam sianida bebas. Namun
kadar asam sianida dapat diturunkan secara drastis (60-90%) dengan pengeringan
sinar matahari, tergantung lama pengeringan.
Jenis-jenis
antinutrisi
Antinutrisi dibedakan menjadi tiga tipe.
Tipe A adalah antinutrisi jenis antiprotein,tipe B adalah antinutrisi jenis
antimineral dan tipe C yaitu antivitamin.
1. Antinutrisi
tipe A
Substansi yang utamanya mengganggu dalam pencernaan
protein maupun absorpsi dan penggunaan asam amino. Yang juga diketahui sebagai
antiprotein. Tipe A antinutrisi yang paling penting adalah protease inhibitor
dan lectin.
Protease inhibitor ( terdapat pada banyak jaringan
tanaman dan hewan) merupakan protein yang menghambat enzim proteolitik dengan
jalan mengikatkan diri pada sisi aktif enzim yang dihambat. Enzim proteolitik
inhibitor pertama kali ditemukan dalam telur unggas selama pergantian abad.
Kkemudian enzim protease inhibitor di identifikasikan sebagai ovomucoid dan ovoinhibitor,
yang keduanya menginaktifkan tripsin.
Protease inhibitor dari kacang kedelai dan kentang
bisa menghambat elastae sebuah enzim pankreatis yang bekerja pada elastin.
Chymotrypsin inhibitor juga ditemukan pada putih
telur unggas. Sumber lain dari tripsin dan atau Chymotrypsin inhibitor adalah
kacang kedelai dan biji-bijian lain, sayur, susu dan kolostrum, gandum dan biji
sereal lain, guar gum, serta kentang putih atau kentang manis.
2. Antinutrisi
tipe B
Substansi pelengkap yang didistribusikan secara luas
didalam sayur-sayuran,buah-buahan,dan bahan sereal. Konsumsi berlebihan
penggunaan antinutrisi tipe B dapat menyebabkan intoksikasi akut.paling banyak
ditemui jenis antinutrisi tipe B adalah Oksalat,asam phytat dan glukosinolat.
Oksalat merupakan asam kuat yang membentuk garam
natrium dan kalium yang larut air, tetapi kurang larut air bila garamnya
mengandung alkali tanah dan logam bivalen yang lain. Oksalat utamanya
mengganggu absorbsi kalsium. Efek ini harus diperhatikan dalam istilah rasio
oksalat / kalsium(dalm mm equivalen / mm equivalen), contohnya makanan yyang
mengandung rasio lebih dari satu dapat mempunyai efek negative pada keberadaan
kalsium, sementara makanan yang memiliki rasio satu atau dibawahnya tidak
memiliki efek yang sama.
Asam phytat atau mioinositol heksaphosphate
merupakan asam kuat yang secara alami ada dan mengikat pada berbagai macam ion
logam berat bivalen dan trivalen memebentuk garam yang tidak larut. Secara
pasti asam phytat mereduksi keberadaan berbagai mineral dan elemen-elemen kecil
yang esensial. Phytat ada didalam makanan seperti sereal(gandum, rye, jagung,
beras dan barley) , biji-bijian dan sayur (kacang, kacang kedelai dan buncis) ,
dan bumbu-bumbu serta flavoring agent (jinten, mustard, pala, dan coriander).
Dari beberapa eksperimen pada hewan dan manusia telah diketahui bahwa phytat
menghasilkan efek negative pada keberadaan kalsium, besi, magnesium, zink, dan
elemen kecil lai yang esensial. Efek ini dapat diminimalisasi, meskipun tidak
hilang dengan jalan meningkatkan konsumsi mineral esensial. Pada kasus kalsium
konsumsi dari kolekalsiferol harus cukup karena aktivitas dari phytat pada
penyerapan kalsium akan semakin kuat bila vitamin ini tidak cukup.
Glukosinolat diketahui pula sebagai tioglukosia
banyak darai glukosinolat adalah geutrogenic. Tiga tipe goiter bisa
diidentifikasikan :
1.
Cabbage goiter
2.
Brassica seed goiter
3.
Legume Goiter
Cabbage goiter atau yang dikenal sebagai struma di
induksi oleh konsumsi kubis yang berlebihan dimungkinkan cabbage goiter
menghambat absporbsi iodine dengan langsung menyerang kelenjar tiroid. Cabbage
goiter dapat diatasi dengan suplementasi iodine.
Brassica seed goiter dapat terjadi jika mengkonsumsi
biji-bijian dari tanaman goiter(rutabaga, lobak,kubis(yang mengandung goitrogen
yang bisa menghambat sintesis tiroksin).
Legume goiter diinduksi oleh goitrogen yang ada pada
leguminosa seperti kacang kedelai dan kacang tanah. `
3. Antinutrisi
tipe C
Subtansi yang ada secara alamiah yang bisa
mendekomposisi vitamin, menjadi komplek yang tidak bisa diabsorbsi, atau
mengganggu kemampuan dari vitamin itu dicerna atau dimetabolisme. Diketahui
pula sebagai antivitamin. Antionutrosi tipe C yang paling penting antara lain,
asam askorbat oksidase, anti tiamin factor dan anti piridoksin factor., asam askorbat
oksidase merupakan enzim yang menggandung tembaga yang isa mengkatalisa,
poksidasi asam askorbat bebas menjadi asam diketoglukonat, asam oksalat dan
produk oksidai lainnya. Telah dila[porkan asam askorbat oksidase ada dibeberapa
buah (seperti peach dan pisang) dan sayuran (mentimun, labu, dan bit) enzim ini
akan aktif apda pH 4-7 (optimum pada pH 5,6 – 6,0) temperature optimumnya 38⁰C . asam askorbat
oksidase bisa dihambat secara efektif pada pH 2 atau denagn blanching dengtan
kisaran suhu 100⁰C,
kelompok kedua pada antinutrisi tipe C adalah anti tiamin factor,yang akan
berinteraksi dengan tiamin atau dikenal dengan vitamin B1. Anti tiamin factor
dapat dikelompokkan menjadi tiaminase, katekol dan tannin. Tiaminase adalah
enzim yang akan memecah vitamin pada ikatan metilennya, dan ditemukan pada
spesies ikan air tawar dan air laut, beberapa spesies tiram dan kepiting.
Tiaminase pada ikan dan beberapa spesies lain dapat dihancurkan dengan
pemasakan. Anti tiamin factor dari tanaman bisa digolongkan menjadi katekol dan
tannin. Orto katekol yang paling diketahui ada pada tanaman pakis. Pada
kenyatatannnya ada dua tipe anti tiamin factor yang stabil terhadap panas pada
tanaman pakis, yang pertama diidentifikasi senb agai asam kafeat, yang bisa
dihidrolisis dari asam klorogenat.
Orto katekol lainnya seperti metal sinapat ada pada
biji mustard yang juga memiliki aktivitas anti tiamin. Mekanisme inaktivasi
tiamin oleh senyawa ini membutuhkan oksigen dan sanagt bergantung pada
temperature dan pH.
Mekanisme
antinutrisi
·
Cabbage goiter menghambat absporbsi
iodine dengan langsung menyerang kelenjar tiroid. Cabbage goiter dapat diatasi
dengan suplementasi iodine.
·
Protease inhibitor menghambat enzim
proteolitik dengan jalan mengikatkan diri pada sisi aktif enzim yang dihambat.
·
Secara umum mekanisme dari antinutrisi
adalah mengahambat penyerapan nutrisi ataua menjadkan nutrisi itu tidak bisa
digunakan.
Zat
Goitrogen
Pada makalah kali ini
saya akan menjelaskan tentang zat goitrogen atau lebih dikenal dengan zat anti
thyroid. Thyroid sendiri merupakan
kalenjar yang terletak di leher right below the adam’s apple.
Fungsinya Thyroid mengontrol kecepatan pembakaran energi, membangun energi
tubuh, dan mengatur tingkat sensitivitas tubuh terhadap hormone-hormon. Selain
itu, thyroid juga menghasilkan hormon Tiroksin (T4), Triiodotironin (T3) yang
berperan dalam metabolisme dan pertumbuhan tubuh keseluruhan, dan thyroid juga
memproduksi hormon kalsitonin (calcitonin) yang berperan dalam homeostasis
kalsium.
Inilah penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan aktivitas Kelenjar Thyroid
1.
Hyperthyroidisme (hyperactive thyroid):
Penyakit Graves
2.
Hypothyroidisme (underactive
thyroid): Kongenital, Juvenilis, Myxedema, dan Goiter (gondok)
Goiter atau gondok adalah kelainan pada
ternak pada kelenjar tiroidnya akibat kekurangan yodium. Ternak dewasa sangat
jarang mengalami kelainan ini tetapi fetus dan ternak yang masih muda mudah
sekali terkena. Kasus goiter yang menyebabkan kematian pada anak kambing dan
domba di daerah Bogor, Ciawi dan Cilebut. Kasus menjadi tinggi pada
daerah-daerah yang kekurangan yodium.
Yodium (I) dibutuhkan untuk sintesa hormone
tiroid (Triidothyronine/T3) dan tiroksin (T4) yang berperan dalam mengatur
metabolisme tubuh dan sangat penting bagi hewan yang bunting, hewan muda dan
yang sedang dalam masa pertumbuhan. Secara normal hormon ini diproduksi oleh
kelenjar tiroid dalam jumlah yang cukup sehingga dapat mempertahankan
produktivitas dan reproduktivitas ternak. Produksinya akan menurun jika proses
biosintesanya terhambat karena kekurangan/ defisiensi yodium. Faktor lain
penyebab kondisi ini adalah adanya zat gastrogenik (tiosianat) pada pakan yang
dikonsumsinya. Kombinasi keduanya akan memicu terjadinya goiter pada ternak.
BAHRI et al. (1984)
mendeteksi kadar tiosianat yang tinggi di dalam tubuh kambing yang sering
mengonsumsi daun ubi kayu. Zat ini mampu menghambat up take yodium oleh kelenjar tiroid.
Beberapa tanaman yang mengandung zat anti tiroid yaitu kubis, sudan grass dan white clover.
Contoh Makanan yang mengandung Goitrogen
(dapat menyebabkan gondok):
1.
Brokoli, kembang kol, kubis, lobak cina
2.
Kedelai
3.
Mustard
4.
Sawi hijau dan sawi putih, bayam
5.
Rutabagas
6.
Crucifer
7.
Brassicae
8.
Struma Cibaria
Berdasarkan dengan sifat-sifat alami
produk-produk yang mempunyai pengaruh goitrogenik, dapat dibedakan 3 jenis
hipertrofi, yaitu:
a. Gondok
kobis atau “struma cibaria”
Struma cibaria disebabkan oleh bagian vegetatif
berbagai tanaman famili cruciferae yang digunakan untuk nutrisi manusia dan
atau untuk makanan hewan domestik. Metabolisme iodine: penurunan kemampuan
kalenjar tiroid untuk mengambil elemen iodine.
Hasil
penelitian:
1) Walaupun
supply iodine telah mencukupi, setelah 25-30 hari diet yang didasarkan pada
kobis atau brassicae yang lain, berat tiroid per 100 g berat badan dibuktikan
menjadi 3-8 kali lebih tinggi daripada hewan kontrol.
2) Aksi
anti tiroid bervariasi sehubungan dengan sidat tanah dari daerah penanaman dan
frekuensi & curah hujan atau musim. Kobis yang dipanen pada musim gugur dan
musim dingin dan yang tumbuh dengan air berlimpah lebih aktif daripada yang
dipanen pada musim semi.
3) Kenaikan
kandungan iodine dalam makanan mencegah timbulnya gondok.
b. Gondok
Biji Brassicae
Hasil
penelitian:
1)
kalenjar tiroid tikus muda yang diberi
diet kaya biji kobis, biji nitabaga, atau biji turnip, menjadi 3-4 kali lebih
besar daripada kelompok kontrol.
2)
Dapat disembuhkan dengan pemberian
tiroksin.
c. Gondok
dari kedelai dan kacang-kacangan lainnya
Hasil
penelitian:
1)
pemberian kedelai utuh dan diet yang
mengandung sejumlah besar tepung kedelai bebas minyak menyebabkan goiter pada
beberapa jenis binatang (kelinci, babi guinea, ayam, tikus, dll)
2)
efek yang menghasilkan gondok dapat
dikontrol dengan penambahan iodida atau oleh kenaikan 3-5 kali jumlah iodine
diet.
Mekanisme:
Serum protein yang mengikat iodine (PBI, Protein Bindring Iodine) berkurang,
tetapi pengambilan radio-iodine oleh kalenjar tiroid sangat tinggi.
Senyawa-senyawa anti thyroid alami.
Sifat-sifat Alami Senyawa dan Mekanisme
Kerja
A. Thiosianat
( N=C-S-R) dan Isosianat (R-N=C=S)
Dalam tubuh hewan, tiosianat secara alami dapat
berasal dari kombinasi sulfur dengan senyawa sianat (sianida, nitril, glukosida
sianogenetik) yang telah masuk tubuh atau dari masukan lewat mulut dalam
keadaan belum terbentuk atau keduanya. Karena kekayaan akan glikosida
sianogenetik dan sulfur bivalent maka makanan goitrogenik dapat menyumbang,
baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui metabolisme, untuk
menaikkan tiosianat dalam darah.
Dalam tikus Wistar jantan yang beratnya 200 g
pemberain ablil-isotio-sianat sebanyak 2 atau 4 mg langsung ke lambung sebelum
injeksi 0.5 mc 131I sangat menghambat pengambilan radioaktif iodine
oleh tiroid. Kenaikan konsentrasi tiosianat dalam serum menurunkan kapasitas
pengambilan 131I oleh tiroid dan pengmbilan nutrisi oleh produk-produk
yang kaya akan glikosida sianogenetik menyebabkan pembesaran kalenjar,
menurunkan kandungan iodine seperti juga pada level serum protein yang mengikat
iodine.
In vitro, penambahan tiosianat dalam medium yang
berisi irisan-irisan dari jaringan tiroid hidup diinkubasikan pada konsentraasi
yang serupa dengan yang ditemukan dalam serum domba yang diberi pakan semanggi
putih, akan menghambat konversi radio iodine anorganik ke dalam kombinasi
dengan senyawa organik.
B. Cheiroline
Dari daun dan biji Rapistrum nigosum (turnip liar)
dan Brassica campescris (crucifere di Tasmania dan Queensland)
glikosida telah diisolasi dan disebut gliko-cheiroline yang telah diperoleh
dari hasil hidrolisis 3-metil-sulfonil-propil-isothiosianat atau cheiroline
(CH3-SO2-(CH2)3-NCS). Senyawa ini dapat dipersiapkan dalam keadaan murni, dan
dalam pengujian bentuk pendek, itu menunjukkan aktifitas antitiroid yang serupa
dengan yang dikeluarkan tiosianat. Setelah pemberian 5-110 mg pada tikus,
penggabungan radioisotop dikurangi sampai 9-15%, yang terbukti menjadi lebih
aktif daripada n-propil-isotiosianat. Cheiroline mengandung produk-produk yang
telah dipelajari yang bervariasi antara 1-2 g per kg tanaman kering atau
kira-kira 0.4 g ker kg tanaman segar.
C. Progoitrin
dan Goitrin (Thio-oxazolidone)
Dalam jaringan tubuh, goitrin tidak terdapat dalam
keadaan bebas, tetapi dalam bentuk
tioglukosida, glukopiraferin disebut progoitrin yang telah
dipersiapkan dalam bentuk kristal.
Tanaman: turnip kuning atau rutabaga (brassica
oleracea rapefera), famili cruciferae, biji rape (brassica conpetris dan
brassica napus). Biji rape terutama kaya akan tiooxazolidone dan isotiosianat.
Kebanyakan brassica mengandung goitrin, dan tidak
hanya dalam biji tetapi juga dalam bagian yang dikonsumsi manusia.
Tiooxazolidone pada dasarnya berbeda dengan tiosianat, senyawa-senyawa ini
beraksi sampai dengan tiourea dan tiourasil dan tidak mengganggu cukup banyak
terhadap pengambilan iodine oleh tiroid seperti dalam biosintesis tiroksin.
D. Polifenol
Karena polifenol sanggup membentuk senyawa dengan
iodine oleh penggantian, mereka bersaing dengan tirosin dan oleh pengambilan
beberapa iodine, mereka melemahkan biosintesis tiroksin. In vitro, penambahan
zat warna alami polifenolik (seperti antosianin, flavone, katecol, dsb.), pada
kultur medium, dari potongan-potongan tiroid, menurunkan jumlah radio-iodine
dalam fraksi organik sebanyak 50-60% . pengaruh ini tidak lagi tampak jika
substansi polifenolik lebih dahulu di-iodat-kan. In vivo, penambahan
ferrol murni, yaitu: resonsinol dan phlorogensinol, sangat mengurangi
penggabungan radio-iodine ke dalam kalenjar tiroid tikus dan seperti
penghambatan ini adalah hasil dari persaingan yang dapat dikontrol dengan
kenaikan supply iodine.
E. Haemoglutinin
(phytotoxins)
Dari biji-bijian Leguminoceae (kacang-kacangan),
telah diisolasi senyawa toksis yang mengandung nitrogen, yang mampu
menggumpalkan eritrosit yang didapatkan dari berbagai jenis hewan. Karena
senyawa ini mempunyai afinitas terhadap membran, mereka menyerang sel-sel dari
membran mukosa usus sehingga sangat mengurangi kapasitas absorpsi.
Pada beberapa spesies hewan (misalnya tikus),
entero-hepatik sirkulasi dari hormon tiroid adalah sangat aktif, dalam waktu 1
jam hampir semua tiroksin yang tersirkulasi dikeluarkan ke dalam usus,
mengusulkan gagasan bahwa gondok yang disebabkan oleh kedelai dilengkapi dengan
gangguan absorpsi kembali (resorption). Studi dengan L. titoksin 131I pada
athyroid cretin yang diberi pakan formula biji kedelai menunjukkan bahwa diet
ini menurunkan absorpsi usus dari hormon eksogenous. Hasilnya dipertimbangkan
untuk mendukung teori bahwa gondok yang sebelumnya telah dilaporkan terjadi
pada bayi dengan diet biji kedelai disebabkan oleh kehilangan hormon tiroid
endogenous ke dalam feces. Pengeluaran hormon ini (ke dalam feces) mempengaruhi
stimulasi kalenjar dan kenaikan kebutuhan iodine, untuk mengganti kehilangan.
Pengobatan Gondok
-
Operasi
-
Obat-Obat Anti Thyroid
-
Suplementasi Yodium
Pencegahan yang dapat kita lakukan
adalah:
-
Mengurangi konsumsi makanan-makanan yang
mengandung goitrogen
-
Memperbanyak konsumsi kuning telur, daun
peterseli, buah aprikot, prunes, ikan, ayam, keju dan susu
-
Untuk mencegah terjadinya goiter (gondok)
khususnya pada daerah-daerah yang kekurangan yodium, dapat dilakukan dengan
cara mencampurkan garam beryodium pada pakan ternak. Selain sebagai penambah
nafsu makan, pemberian garam beryodium dapat mengatasi gangguan hormone tiroid
yang sangat penting untuk metabolisme tubuh.
ASAM OKSATAT
Asam
oksalat adalah asam dikarboksilat yang hanya terdiri dari dua atom C pada
masing-masing molekul, sehingga dua gugus karboksilat berada berdampingan.
Karena letak gugus karboksilat yang berdekatan, asam oksalat mempunyai konstanta
dissosiasiyang lebih besar daripada asam-asam organik lain. Besarnya konstanta
disosiasi (K1) = 6,24.10-2 dan K2 = 6,1.10-5). Dengan
keadaan yang demikian dapat dikatakan asam oksalat lebih kuat daripada senyawa
homolognya dengan rantai atom karbon lebih panjang. Namun demikian dalam medium
asam kuat (pH <2) proporsi asam oksalat yang terionisasi menurun.
Asam oksalat terdapat
pada selada, kobis, bunga kol (terutama brokoli), kacang hijau, buncis dan
dalam jumlah sedikit pada semua sayuran dan buah-buahan. Asam oksalat banyak dijumpai di dalam tanaman,
termasuk tanaman hijauan pakan ternak, terutama bagian daun. Salah satu hijauan
pakan ternak yang mengandung asam oksalat tinggi adalah rumputsetaria sp.
Asam oksalat
bersama-sama dengan kalsium dalam tubuh manusia membentuk senyawa yang tak
larut dan tak dapat diserap tubuh, dan mencegah penggunaan kalsium yang
juga terdapat dalam produk-produk yang mengandung oksalat! Lebih dari itu,
asam oksalat dan garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa
tersebut bersifat toksis.
Sifat-sifat umum Asam Oksalat
Asam oksalat dalam
keadaan murni berupa senyawa kristal, larut dalam air (8% pada 10o C) dan
larut dalam alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral dengan logam alkali
(NaK), yang larut dalam air (5-25 %), sementara itu dengan logam dari alkali
tanah, termasuk Mg atau dengan logam berat, mempunyai kelarutan yang sangat
kecil dalam air. Jadi kalsium oksalat secara praktis tidak larut dalam air.
Berdasarkan sifat tersebut asam oksalat digunakan untuk menentukan jumlah
kalsium. Asam oksalat ini terionisasi dalam media asam kuat.
Bahan Makanan yang Mengandung Asam
Oksalat
Asam oksalat dapat
ditemukan dalam bentuk bebas ataupun dalam bentuk garam. Bentuk yang lebih
banyak ditemukan adalah bentuk garam. Kedua bentuk asam oksalat tersebut
terdapat baik dalam bahan nabati maupun hewani. Jumlah asam oksalat dalam
tanaman lebih besar daripada hewan. Diantara tanaman yang digunakan untuk
nutrisi manusia dan hewan, atau tanaman yang ditemukan dalam makanan hewan;
yang paling banyak mengandung oksalat adalah spesies Spinacia, Beta,
Atriplex, Rheum, Rumex, Portulaca, Tetragonia, Amarantus, Musa parasisiaca.
Daun teh, daun kelembak dan kakao juga mengandung oksalat cukup banyak.
Demikian juga beberapa spesies mushrooms dan jamur (Asperegillus niger, Baletus
sulfurous, Mucor, Sclerotinia dan sebagainya.) menghasilkan asam oksalat
dalam jumlah banyak (lebih dari 4-5 gram untuk setiap 100 gram berat kering),
baik dalam bentuk penanaman terisolasi dan dalam bahan makanan atau makanan
ternak dimana jamur tersebut tumbuh.
Distribusi asam oksalat
pada bagian-bagian tanaman tidak merata.Bagian daun umumnya lebih banyak
mengandung asam oksalat dibandingkan dengan tangkai, sedangkan
dalam Poligonaceae, kandungan asam oksalat pada petiole hamper dua kali
lebih besar daripada tangkai. Umumnya daun muda mengandung asam oksalat lebih
sedikit dibandingkan dengan daun tua. Misalnya pada daun Chenopodiaceae,
proporsi asam oksalat dapat bertambah dua kali lipat selama proses penuaan.
Bahan makanan yang mengandung oksalat
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu;
a. Produk-produk
dimana miliequivalen asam oksalat yang terkandung jumlahnya 2-7 kali lebih
besar daripada kalsium, seperti bayam, orach, daun beet dan akar beet, sorrel,
sorrel kebun, kelembak dan bubuk kakao. Bahan makanan ini tidak hanya
menyebabkan kalsium yang terkandung di dalamnya tak dapat dimanfaatkan tetapi
dengan besarnya asam oksalat yang terkandung dapat mengendapkan kalsium yang
ditambahkan dari produk-produk lain, atau jika tidak ada kalsium yang
ditambahkan, dapat berpengaruh toksis.
b. Pada
produk-produk seperti kentang, amaranth, gooseberries, dan currants, asam
oksalat dan kalsium terdapat dalam jumlah yang hampir setara (1±0,2), dengan
demikian diantara keduanya saling menetralkan/menghapuskan, olah karena itu
tidak memberikan kalsium yang tersedia bagi tubuh. Tetapi mereka tidak
merngganggu penggunaan kalsium yang diberikan oleh produk lain dan oleh karena
itu tidak menimbulkan pengaruh anti mineralisasi seperti pada produk kelompok
pertama.
c. Bahan
makanan yang meskipun mengandung asam oksalat dalam jumlah yang cukup banyak,
tapi karena pada bahan tersebut kaya akan kalsium, maka bahan makanan tersebut
merupakan sumber kalsium. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah selada,
dandelion, cress, kobis, bunga kol (terutama brokoli), kacang hijau, dan
terutam green peas, koherabbi, block raddish, green turnip, dan dalam jumlah
sedikit pada semua sayuran dan buah-buahan.
Pengaruh Asam Oksalat terhadap tubuh manusia.
Asam oksalat
bersama-sama dengan kalsium dalam tubuh manusia membentuk senyawa yang tak
larut dan tak dapat diserap tubuh, hal ini tak hanya mencegah
penggunaan kalsium yang juga terdapat dalam produk-produk yang mengandung
oksalat, tetapi menurunkan CDU dari kalsium yang diberikan oleh bahan pangan
lain. Hal tersebut menekan mineralisasi kerangka dan mengurangi pertambahan
berat badan.
Asam oksalat dan
garamnya yang larut air dapat membahayakan, karena senyawa tersebut bersifat
toksis. Pada dosis 4-5 gram asam oksalat atau kalium oksalat dapat menyebabkan
kematian pada orang dewasa, tetapi biasanya jumlah yang menyebabkan pengaruh
fatal adalah antara 10 dan 15 gram. Gejala pada pencernaan (pyrosis, abdominal
kram, dan muntah-muntah) dengan cepat diikuti kegagalan peredaran darah dan
pecahnya pembuluh darah inilah yang dapat menyebabkan kematian.
Mengurangi Konsumsi senyawa Asam Oksalat
Karena pengaruh
distropik oleh oksalat tergantung pada ratio molar antara asam oksalat dan
kalsium, hal itu dapat dicegah melalui cara, yaitu
a.
Menghilangkan oksalat dengan membatasi
konsumsi bahan makanan yang banyak mengandung oksalat yang larut, yaitu dengan
menghindari makan dalam jumlah besar atau juga menghindari makan dalam jumlah
kecil tetapi berulang-ulang. Mengkombinasikan beberapa makanan yang banyak
mengandung oksalat perlu juga dihindari.
b.
Dengan cara menaikkan supply kalsium
yang akan dapat menetralkan pengaruh dari oksalat.
c.
Memasak bahan makanan yang mengandung
asam oksalat hingga mendidih dan membuang airnya sehingga dapat
memperkecil proporsi asam oksalat dalam bahan makanan.
Daftar
pustaka
Edy Rianto dan Endang
Purbowati, 2010. Panduan lengkap Sapi Potong, http://cintasapi.wordpress.com/2010/09/02/zat-antinutrisi/
Kurnia Widiantoko Rizkiy. 2011. ZAT
ANTINUTRISI. http://lordbroken.wordpress.com
Prayitno Edi,S.Pt. 2010. FAKTOR
PEMBATAS BAHAN PAKAN (ANTI NUTRISI) http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/faktor-pembatas-bahan-pakan-anti.html
Susilo harjo Rahmawati, 2007. Kenali Zat
Anti Gizi (1): Senyawa Anti Tyroid Alami.http://geasy.wordpress.com/2007/06/15/kenali-zat-anti-gizi-1-senyawa-anti-tyroid-alami/
Widodo Wahyu . Tanaman Beracun Dalam
kehidupan Ternak. (tahun, penerbit dan tempat diterbitkan belum diketahui)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar