Sukses itu penuh perjuangan, bahkan harus diraih dengan pengorbanan yang dahsyat, begitu orang bilang. Meraih sukses itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sering kita kagum terhadap orang-orang sukses di dunia ini, namun kita jarang menelusuri perjalanan sukses mereka yang penuh onak dan duri.
Jika kita dilahirkan di tengah keluarga yang sederhana, atau bahkan kekurangan, mungkin kita tidak akan mendapatkan fasilitas yang memadai untuk mewu
judkan impian sukses kita. Berawal dari pendidikan yang layak, mungkin kita hanya mendapatkan pendidikan seadanya. Karena kita tidak mendapat fasilitas yang memadai, seperti biaya kuliah dan lain-lain maka kita pun harus berjuang dari nol. Kita bergerak dari bawah, kita berjuang dari bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa, tidak diakui siapa-siapa, untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya yang eksistensi dan kompetensinya diakui dunia di sekitar kita.
Perjuangan dari bawah adalah perjuangan yang keras dan penuh tantangan. Kita menaiki tangga dari anak tangga yang pertama. Jika orang tua kita adalah pemilik perusahaan, tentu kita tinggal mewarisinya. Kita tidak perlu susah-susah merintis karir dari bawah atau merintis usaha/bisnis dari nol. Tapi jika kita meraih kesuksesan dari tidak punya apa-apa menjadi punya segalanya, kesuksesan ini akan sangat berarti bagi kita. Dan yang lebih penting lagi, perjalanan dalam meraih kesuksesan itu sendiri menjadi kekayaan mental kita yang sangat bernilai.
Berjuang dari nol/dari bawah, butuh kesabaran dan semangat yang berlipat ganda. Mungkin kita harus mulai dari profesi yang dalam pandangan umum kurang keren atau tidak berkelas. Misalnya sebagai office boy, pembantu rumah tangga, tukang sapu jalan, pedagang asongan, atau yang lainnya. Bukan berarti saya meremehkan profesi yang saya sebut tadi, tapi kenyataannya bila kita lakukan survey pasti hampir semua orang akan enggan menjalani profesi tadi. Dan mungkin juga orang yang benar-benar sedang menjalani profesi tadi juga karena terpaksa, karena adanya seperti itu, daripada nganggur, atau juga karena minder, "Lha wong saya hanya tamat SD atau SMP, mana mungkin saya dapat pekerjaan yang mentereng..." Banyak orang menganggap pendidikan yang rendah menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.
Jika sebuah pekerjaan itu jelas halal dan berkah, buat apa kita malu menjalaninya. Banyak orang ingin kaya dan terlihat perlente, namun pada kenyataannya banyak dari mereka mengambil jalan pintas: korupsi, menjalankan bisnis haram, pergi ke dukun, atau kalau perlu ngingu (memelihara) tuyul dan cari pesugihan. Ini kan tidak ada artinya. Walau kita pada akhirnya kelihatan kaya, punya uang melimpah, tapi pada hakikatnya tidak ada nilainya sama sekali. Saya pikir seorang pemulung yang kucel/lusuh lebih baik daripada mereka.
Kesuksesan yang diraih dengan kerja keras dan tetap konsisten di jalan yang luruslah yang akhirnya akan memberikan kebahagiaan yang sejati.
Ada seorang figur sukses yang luar biasa. Beliau pernah menjadi cleaning service, kemudian bekerja di sebuah universitas negeri di Purwokerto. Mengawali karier sebagai tukang fotokopi dan penjilidan buku. Namun mimpi beliau tidak pernah padam. Walau beliau berasal dari keluarga petani yang sangat sederhana, mimpinya tetap menjulang ke langit. Sambil bekerja, beliau melanjutka studi di sebuah "Universitas Terbesar" di Indonesia, yakni Universitas Terbuka. Setelah lulus UT, beliau tidak berhenti, tapi malah nekat ikut bersaing untuk mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri. Beberapa kali gagal, tidak membuatnya patah semangat. Hingga akhirnya beliau dapat melanjutkan S2 di Leicester University, Inggris. Setelah menjadi MBA Ed, beliau juga tidak berhenti. Beliau kemudian mendalami NLP (Neuro Linguistic Programming) di negeri kanguru, Australia. Semangat belajar yang tinggi membuatnya terus bertumbuh dari seorang cleaning service/pegawai rendahan menjadi kepala bagian, pembicara publik, dosen luar biasa, motivator dan trainer. Perjuangan beliau membuahkah sukses berkat kerja keras dan semangat pantang menyerah sebelum kesuksesan berada di tangan. Latar belakang keluarga, pendidikan dan profesi awal meniti karier tidak menghentikan mimpi untuk meraih impian dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan ini.
Kisah di atas hanyalah sekedar contoh bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini kalau kita mau berjuang sepenuh hati. Mungkin sekarang kita masih jadi pegawai rendahan, disuruh ini dan itu, bekerja di bawah tekanan yang luar biasa. Atau bisnis kita baru bertunas, orang-orang memandang dengan sebelah mata. Bukankah itu sebuah ujian, apakah kita sanggup melewati tangga demi tangga kehidupan hingga akhirnya kita sampai pada puncak tangga kesuksesan.
Untuk menggapai impian, kita hanya butuh semangat berlipat ganda daripada orang kebanyakan. Di saat orang lain berhenti melangkah, justru kita berlari. Di saat orang lain berkata, "Itu tak mungkin berhasil", kita justru yakin bahwa nothing is impossible. Di saat kita diremehkan, dipandang sebelah mata, kita justru lebih yakin lagi siapa diri kita yang sesungguhnya. Keberhasilah kita bukan karena orang lain, tapi karena usaha kita sendiri. Kita yakin dengan kemampuan kita. Kita tidak pasrah begitu saja dengan keadaan, namun ikhtiar sekuat tenaga, baru setelah itu berdoa menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa.
Perjuangan dari bawah adalah perjuangan yang keras dan penuh tantangan. Kita menaiki tangga dari anak tangga yang pertama. Jika orang tua kita adalah pemilik perusahaan, tentu kita tinggal mewarisinya. Kita tidak perlu susah-susah merintis karir dari bawah atau merintis usaha/bisnis dari nol. Tapi jika kita meraih kesuksesan dari tidak punya apa-apa menjadi punya segalanya, kesuksesan ini akan sangat berarti bagi kita. Dan yang lebih penting lagi, perjalanan dalam meraih kesuksesan itu sendiri menjadi kekayaan mental kita yang sangat bernilai.
Berjuang dari nol/dari bawah, butuh kesabaran dan semangat yang berlipat ganda. Mungkin kita harus mulai dari profesi yang dalam pandangan umum kurang keren atau tidak berkelas. Misalnya sebagai office boy, pembantu rumah tangga, tukang sapu jalan, pedagang asongan, atau yang lainnya. Bukan berarti saya meremehkan profesi yang saya sebut tadi, tapi kenyataannya bila kita lakukan survey pasti hampir semua orang akan enggan menjalani profesi tadi. Dan mungkin juga orang yang benar-benar sedang menjalani profesi tadi juga karena terpaksa, karena adanya seperti itu, daripada nganggur, atau juga karena minder, "Lha wong saya hanya tamat SD atau SMP, mana mungkin saya dapat pekerjaan yang mentereng..." Banyak orang menganggap pendidikan yang rendah menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.
Jika sebuah pekerjaan itu jelas halal dan berkah, buat apa kita malu menjalaninya. Banyak orang ingin kaya dan terlihat perlente, namun pada kenyataannya banyak dari mereka mengambil jalan pintas: korupsi, menjalankan bisnis haram, pergi ke dukun, atau kalau perlu ngingu (memelihara) tuyul dan cari pesugihan. Ini kan tidak ada artinya. Walau kita pada akhirnya kelihatan kaya, punya uang melimpah, tapi pada hakikatnya tidak ada nilainya sama sekali. Saya pikir seorang pemulung yang kucel/lusuh lebih baik daripada mereka.
Kesuksesan yang diraih dengan kerja keras dan tetap konsisten di jalan yang luruslah yang akhirnya akan memberikan kebahagiaan yang sejati.
Ada seorang figur sukses yang luar biasa. Beliau pernah menjadi cleaning service, kemudian bekerja di sebuah universitas negeri di Purwokerto. Mengawali karier sebagai tukang fotokopi dan penjilidan buku. Namun mimpi beliau tidak pernah padam. Walau beliau berasal dari keluarga petani yang sangat sederhana, mimpinya tetap menjulang ke langit. Sambil bekerja, beliau melanjutka studi di sebuah "Universitas Terbesar" di Indonesia, yakni Universitas Terbuka. Setelah lulus UT, beliau tidak berhenti, tapi malah nekat ikut bersaing untuk mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri. Beberapa kali gagal, tidak membuatnya patah semangat. Hingga akhirnya beliau dapat melanjutkan S2 di Leicester University, Inggris. Setelah menjadi MBA Ed, beliau juga tidak berhenti. Beliau kemudian mendalami NLP (Neuro Linguistic Programming) di negeri kanguru, Australia. Semangat belajar yang tinggi membuatnya terus bertumbuh dari seorang cleaning service/pegawai rendahan menjadi kepala bagian, pembicara publik, dosen luar biasa, motivator dan trainer. Perjuangan beliau membuahkah sukses berkat kerja keras dan semangat pantang menyerah sebelum kesuksesan berada di tangan. Latar belakang keluarga, pendidikan dan profesi awal meniti karier tidak menghentikan mimpi untuk meraih impian dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan ini.
Kisah di atas hanyalah sekedar contoh bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam hidup ini kalau kita mau berjuang sepenuh hati. Mungkin sekarang kita masih jadi pegawai rendahan, disuruh ini dan itu, bekerja di bawah tekanan yang luar biasa. Atau bisnis kita baru bertunas, orang-orang memandang dengan sebelah mata. Bukankah itu sebuah ujian, apakah kita sanggup melewati tangga demi tangga kehidupan hingga akhirnya kita sampai pada puncak tangga kesuksesan.
Untuk menggapai impian, kita hanya butuh semangat berlipat ganda daripada orang kebanyakan. Di saat orang lain berhenti melangkah, justru kita berlari. Di saat orang lain berkata, "Itu tak mungkin berhasil", kita justru yakin bahwa nothing is impossible. Di saat kita diremehkan, dipandang sebelah mata, kita justru lebih yakin lagi siapa diri kita yang sesungguhnya. Keberhasilah kita bukan karena orang lain, tapi karena usaha kita sendiri. Kita yakin dengan kemampuan kita. Kita tidak pasrah begitu saja dengan keadaan, namun ikhtiar sekuat tenaga, baru setelah itu berdoa menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar