Berbagai ternak
memiliki kecenderungan tersendiri untuk mempertahankan populasinya dengan cara
yang berbeda-beda. Ternak unggas melakukan upaya dalam mempertahankan
populasinya dengan cara menetaskan telurnya, dengan demikian penetasan telur
memegang peranan penting dalam peternakan unggas. Ternak unggas seperti
ayam, itik dan puyuh dipelihara untuk diambil daging dan telurnya. Apabila
daging unggas tersebut dikonsumsi dalam jumlah banyak dan juga terdapat unggas
yang mati maka perlu ada populasi baru sebagai pengganti. Penetasan telur
merupakan tahapan penting dalam peternakan unggas agar populasi yang hilang
akibat dikonsumsi maupun mati dapat tergantikan .
Secara alami, penetasan telur
ini dilakukan dengan cara pengeraman oleh induknya. Pengeraman ini dapat
terjadi bila sifat mengeram telur pada unggas tersebut sudah muncul. Hanya
saja, jumlah telur yang dapat ditetaskan sangat sedikit sehingga menjadi tidak
efisien dan tidak semua induk ternak unggas memiliki sifat mengeram. Oleh
karena itu, dalam upaya memperbanyak dan mempertahankan populasi ternak unggas
diperlukan tindakan alternatif lain
yaitu penetasan telur secara buatan (dengan alat penetas selain induk).
Penetasan
telur secara buatan dapat dilakukan secara konvensional maupun menggunakan
mesin tetas dengan sumber pemanas yang berbeda-beda. Sumber pemanas yang pada
umumnya digunakan adalah sumber pemanas dari lampu listrik dan lampu minyak.
Kedua sumber tadi memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing untuk dijadikan
sumber pemanas. Oleh karena itu, agar lebih jelasnya, maka untuk mesin tetas
dengan sumber pemanas lampu minyak akan dibahas di bab selanjutnya dalam
makalah ini.
Pada
hakekatnya, ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami (dengan induknya
sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas pengganti induk). Menetaskan
telur dengan induk umumnya disebut pengeraman secara alami. Cara ini sudah
dilakukan sejak awal unggas didomestikasi. Hanya saja tidak semua unggas dapat
melakukan pengeraman sendiri karena tergantung sifat mengeramnya. Sementara
menetaskan telur dengan alat tetas buatan dilakukan bila ingin diperoleh
anak-anak ayam, itik dan puyuh dalam jumlah banyak. Inilah salah satu kelebihan
cara penetassan buatan disbanding cara alami. Kelebihan lainnnya adalah
anak-anaknya dapat dipelihara tanpa induk sehingga kegiatan seperti produksi
telur tidak akan terhenti. Dengan demikian penggunaan alat tetas buatan akan
membantu peternak dalam menjaga kontinuitasnya (Paimin, 2006).
Mesin tetas merupakan sebuah kotak atau peti yang dibuat sebagai sarana untuk
pengeraman telur, dimana panas yang timbul dapat tersimpan didalam mesin tetas. Temperatur dalam mesin tetas dapat diatur dan dipertahankans sesuai dengan kebutuhan selama
proses penetasan. Dengan demikian mesin tetas
berfungsi sebagai induk buatan untuk mengerami telur sampai menetas
(Anonim, 2011).
Keberhasilan
penetasan telur dengan mesin tetas akan tercapai bila memperhatikan beberapa
perlakuan sebagai berikut.
1)
Telur tetas ditempatkan
dalam mesin tetas dengan posisi yang tepat.
2)
Panas (suhu) dalam
ruangan mesin tetas selalu dipertahankan sesuai yang dipertahankan unggas.
3)
Telur dibolak balik
beberapa kali sehari pada saat-saat tertentu selama proses pengeraman.
4)
Ventilasi harus sesuai
agar sirkulasi udara didalam mesin tetas berjalan dengan baik.
5)
Kelembapan udara didalam
mesin selalu dikontrol agar sesuai untuk perkembangan embrio didalam telur.
Dengan
memperhatikan beberapa perlakuan tersebut maka mesin tetas dapat dibedakan atas
beberapa tipe. Berdasarkan sumber alat pemanas maka mesin tetas dapat
digolongkan dalam tiga tipe, yaitu mesin tetas listrik, mesin tetas lampu
minyak dan mesin tetas kombinasi. Dalam hal ini, mesin tetas yang akan dibahas
lebih lanjut yaitu mesin tetas lampu minyak (pemanas lampu minyak tanah atau
lampu tempel).
Ø
Mesin
Tetas Lampu Minyak
Mesin tetas lampu minyak lebih baik
dibanding alat tetas konvensional yang hanya menggunakan tenaga sinar matahari.
Presentase telur tetas yang dapat menetas lebih besar, yaitu mencapai 70-80%. Jumlah telur tetas yang
dapat ditetaskan oleh mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin dan ukuran
telur tetasnya. Semakin besar ukuran mesin dan semakin kecil ukuran telur tetas
maka akan semakin banyak telur yang dapat ditetaskan. Mesin tetas lampu minyak
ini dapat digunakan untuk menetaskan telur ayam, itik dan puyuh (Paimin, 2006).
Mesin tetas lampu minyak dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu tipe lampu bawah dan lampu samping. Mesin tetas dengan
pemanas lampu minyak tanah samping dilengkapi dengan pipa penyalur udara panas
ke dalam mesin tetas sehingga ruang penetasan menjadi panas. Sementara yang
menggunakan lampu bawah, pipa penyalur tidak diperlukan karena panas langsung
menyebar ke mesin tetas.
a.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan
mesin tetas lampu minyak ini diantaranya ialah papan tripleks, kayu reng, kayu
kaso, kawat, kaca, paku, termoregulator, seng datar, engsel pintu kecil,
grendel dan lem. Kayu reng dan kaayu kaso untuk pembuatan kerangka mesin tetas.
Kawat digunakan untuk pembuatan rak tempat telur tetas dan rak penampungan anak
tetas yang baru menetas. Termerogulator sebagai pengontrol suhu dalam ruang
mesin tetas dan seng datar untuk pembuatan pipa pemanas.
Pada pengoperasian mesin tetas ini
nantinya diperlukan lampu minyak. Lampu minyak yang dipilih sebaiknya
menggunakan semprong karena nyala apinya bagus, apinya mudah dibesarkan atau
dikecilkan, mudah dibersihkan dan mudah dilakukan penambahan bahan bakar.
b.
Cara Pembuatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan mesin tetas ini adalah pada kotak atau peti mesin jangan sampai
terdapat kebocoran atau bagian yang tidak tertutup rapat. Mesin yang bocor
dapat berakibat suhu didalam kotak atau peti tidak dapat dipertahankan pada
kondisi yang dibutuhkan telur tetas saat pengoperasiannnya. Hal ini terjadi
akibat panas yang ada didalam ruang mesin tetas akan menerobos ke luar melalui
bagian yang bocor. Secara umum mesin tetas ini terdiri dari beberapa bagian,
yaitu pipa seng, termoregulator, peti atau kotak, pintu mesin tetas, rak tempat
telur, rak penampungan anak tetas dan bak air.
c.
Cara Kerja Mesin Tetas
Cara kerja mesin tetas ini diawali
dengan pemanasan mesin dari lampu minyak. Perlu diperhatikan, semprong lampu
minyak harus hampir
seluruhnya masuk ke dalam pipa seng sehingga panas akan menyebar ke mesin.
Panas tersebut akan menaikkan suhu udara dalam mesin tetas. Pada saat itu pipa
seng tempat lampu minyak tersebut dan pintu mesin tetas harus dalam keadaan
tertutup.
Setelah yakin suhu ruang dalam mesin
tetas sudah naik akibat pemanasan tersebut dan suhu sudah sesuai dengan yang
ditentukan, maka termoregulator bisa langsung diatur. Setelah naik turunnya
suhu berjalan dengan baik dan termoregulator sudah berfungsi dengan baik,
selanjutnya pemasukan telur tetas diatur pada rak telur. Bersamaan dengan pemasukan rak telur tersebut dapat dimasukkan
bak air dan rak penampungan anak tetas. Rak telur maupun rak penampungan
diusahakan dapat keluar masuk dengan mudah sehingga pembalikkan telur dapat
dilakukan dengan mudah.
Mengingat incubator ini
sangat sederhana, maka sebelum telur-telur disusun dalam egg tray (rak telur)
sebaiknya telur diberi tanda agar memudahkan mengingatnya . Misalnya bagian
bawah diberi tanda "A" dan bagian atasnya diberi tanda "B".
Langkah pelaksanaan penetasan telur.
1. Telur yang sudah bersih diletakan pada rak telur
dengan sudut 60 derajat, dengan bagian yang tumpul (rongga udara) di bagian
atas, kemudian rak telur dimasukan ke dalam incubator dan pintu incubator
ditutup.
2. Pertahankan suhu agar konstan (90-103 ° F), dengan
kelembaban 55-80%, dan incubator harus diamati minimal tiga kali sehari dan
selama tiga hari pertama dan tiga hari terakhir incubator tidak boleh dibuka,
karena periode ini merupakan periode kritis . Periode kritis pertama (tiga hari
pertama) disebabkan karena perkembangan embrio yang cepat dan besar, disamping
konsentrasi bahan padat dan perubahan material kimiawi juga puncak produksi
asam laktat dicapai pada hari keempat. Sedangkan periode kritis kedua
disebabkan oleh karena embrio telah sempurna dan pergerakan dari embrio untuk
mendapatkan posisi yang normal dalam pemecahan krabang telur .
3. Pemutaran telur dilakukan pada hari ke-3 s/d hari
ke-17 dan pada itik pada hari ke-3 s/d hari ke-25 minimal 2-3 kali sehari,
lebih sering lebih baik, dan selania pemutaran telur ini adalah untuk
menyeragamkan suhu pada pemutaran telur dan mencegah agar embrio yang
berkembang tidak menempel pada membran sel . Untuk memudahkan pengontrolan suhu
dan kelembaban, termometer dan hygrometer agar diletakan persis dibelakang kaca
pintu mesin tetas . Setelah memasuki masa kritis ke-2 (tiga hari terakhir)
telur tidak perlu/jangan dibalik, dan alat pembalik agar dikeluarkan dari rak
telur, namun telur tetap dalam posisi miring ( 60 ° ) dengan bagian yang tumpul/rongga
udara ada dibagian atas .
4. Ventilasi diatur agar udara dalam incubator dapat
selalu berganti dengan udara yang segar.
5. Peneropongan telur (candling) selama penetasan
biasanya dilakukan sebanyak 3 kali. Kegunaan peneropongan ini adalah untuk
mengeluarkan telur yang infertile dan embrio yang mati dalam penetasan setelah
dilakukan peneropongan . Telur yang infertil dan embrio yang mati akan
menghasilan gas berbau dan merugikan dalam mesin tetas .
(Sumantri,
2000).
Ternak unggas melakukan upaya dalam
mempertahankan populasinya dengan cara menetaskan telurnya. Ada dua cara penetasan telur, yaitu secara alami
(dengan induknya sendiri) dan secara buatan (dengan alat penetas pengganti
induk). Penetasan secara buatan biasanya menggunakan mesin tetas dengan sumber
pemanas yang beragam. Mesin tetas merupakan sebuah kotak atau peti yang dibuat sebagai sarana untuk
pengeraman telur, dimana panas yang timbul dapat tersimpan didalam mesin tetas. Temperatur dalam mesin tetas dapat diatur dan dipertahankans sesuai dengan
kebutuhan selama proses penetasan.
Mesin
tetas lampu minyak merupakan salah satu alat penetasan buatan yang dirancang
menggunakan lampu minyak sebagai sumber panas untuk ruangan didalam mesin
tetas. Presentase telur tetas yang dapat menetas lebih besar, yaitu mencapai 70-80%. Jumlah telur tetas yang dapat ditetaskan oleh
mesin tetas ini tergantung dari ukuran mesin dan ukuran telur tetasnya. Jadi
untuk mesin tetas ini dapat dirancang sendiri sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
dalam menetaskan telur yang dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Paimin, 2006. Membuat dan
Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumantri, 2000. Teknis
Penetasan Telur Semi Intensif. Temu Teknis Fungsional non Peneliti 2000. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
bagaimana cara membuat mesin tetas telur dengan menggunakan sumber panas lampu minyak?
BalasHapusMANTAB gan ijin nyoba n Copas hehe
BalasHapusMANTAB gan ijin nyoba n Copas hehe
BalasHapussertakan gambar cara pembuatan mesinnya..
BalasHapusBsa ditampilkan desain gambarx untuk msin yg mnggunakn minyak tanah???
BalasHapus